Sejenak kami menunggu, aku bilang sama bos kalau terlalu lama aku tak punya banyak waktu karena masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Akhirnya Bos menerima saranku makan di restoran Shanghai yang lumayan tidak ramai. Kami bertiga pun akhirnya mendapat tempat duduk disana. dan memesan makanan yang menunya banyak tergolong pedas. Bos pun berkata kepadaku bahwa semua menu cocok untuk lidahku yang suka makanan pedas. Sambil menunggu pesanan kami datang , kami pun ngobrol selayaknya teman. Begitulah aku dengan bos yang kadang seperti keluarga sendiri.
Akhirnya setelah menunggu 10 menit makanan yang kita pesan pun diantar kemaja kami . Sebelum menyatap menu yang menggoda lidah, kulihat bosku menundukkan kepala berdoa. Sejenak ada yang aneh dengan sikapnya yang tak pernah kulihat selama 3 tahun bekerja sama dengan dia. Aku pun berdoa menurut kepercayaanku sendiri. Setelah kami saling mengucapkan selamat makan siang, kucoba bertanya kepada bosku.
" Mom, sekarang kamu telah menemukan kepercayaanmu ya?" tanyaku sambil menikmati makanan. Dengan mata berbinar dia pun bercerita kepadaku bahwa dia telah menemukan Agamanya. Sesekali kulihat senyum itu tersungging di bibirnya. Dia berterus terang kepadaku, bahwa hidupnya lebih terarah dengan agama sebagai pedoman hidupnya. Bahkan dia merasa menyesal hanya mengedepankan ego emosi ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. Dia merasa agama bisa membentuk karakter seseorang yang dulu pemarah menjadi lebih sabar.