Bulir-bulir tirta hendak berguguran
Terjun bebas melalui sang cakrawala
Membasahi sekujur raga
Nan mematung laksana arca
Perlahan diriku mengindra sesuatu
Aroma khas tanah
Lantaran renai hujan berlabuh seketika
Ia bersemayam di seluruh ruang
Seolah menusuki indra
Seperti cencalanya mata pedang
Menghunus ke arah jiwa
Memahat luka pedih
Yang membuat jiwa merintih
Nampaknya,
Mataku menjadi sayu
Kakiku mulai kaku
Ragaku hendak layu
Sarwa bersua sebab hamba
tak mampu mencegah dirinya berlalu
Alter ego mengendalikan kalbu
Memicu lisan keji itu
Mengekang akal sehatku
Kini seringai riang tak dapat singgah di tepi birai
Aku bak seutas pecundang
Yang tak sudi lepas diri dari Curamnya jurang kegelapan