[caption id="attachment_116805" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi, sumber:
http://www.andhikawijayakurniawan.com"][/caption] Tidak mudah untuk menjadi penulis, apalagi penulis yang dicintai. Penulis yang tulisannya ditunggu-tunggu hingga jika tak ada menulis maka penggemarnya akan bertanya-tanya. Pengalaman saya selama 12 tahun di dunia penerbitan menunjukkan bermacam-macam tipe penulis. Ada yang tidak mau menanggapi komplain dari konsumen, ada yang hanya muncul sekali setahun untuk mengambil royalti, ada juga yang sangat bekerja sama dan mau diajak keliling menemui konsumennya dan ada juga penulis yang tidak mau merevisi naskahnya karena berbagai alasan. Kondisi yang hampir mirip juga terjadi di dunia online, dimana kegiatan tulis-menulis lebih banyak kuantitasnya. Blog seperti kompasiana ini dihujani hampir seribu tulisan setiap hari dengan berbagai karakter tulisan dan penulis. Terlepas belum memadainya layanan kompasiana sehingga  membuat banyak tulisan hilang ditelan browser, semestinyalah seorang penulis menjadi penulis yang disukai kemudian dicintai sehingga alasan teknis ini tidak akan pernah lagi menjadi batu sandungan baginya guna memperoleh banyak kunjungan pembaca. Namun menjadi penulis yang tulisannya ditunggu-tunggu pembaca bukan perkara yang mudah. Banyak kiat menulis tentunya untuk dapat mencapai level disukaitersebut. Di kompasiana secara tidak langsung, selain bergulat dengan pemikiran sendiri guna menghasilkan tulisan yang layak dibaca, penulis juga harus berkompetisi dengan banyak user lainnya untuk memperebutkan pembaca. Hal ini membuat tantangan menulis di kompasiana menjadi lebih besar. Cukup banyak dari kita yang beralasan bahwa yang penting menulis, perkara tidak dibaca atau tidak ada komentar terserah. Saya pernah mempraktikkan hal ini saat saya mulai bergabung dengan kompasiana dan harus saya akui konsep saya ini lebih banyak salahnya daripada benarnya. Mengapa? Karena penulis membutuhkan pembaca sehingga akan sia-sialah usaha menulis kalau tidak dibaca. Selanjutnya penulis membutuhkan komentar dan tanggapan agar  kemampuan menulisnya meningkat. Berdiskusi secara terbuka, mengakui beberapa kesalahan dan kemudian memperbaikinya merupakan usaha penting untuk meningkatkan kualitas tulisan. Semua itu didapat dari pembaca yang berkomentar terhadap tulisan. Kembali kepada usaha menjadi penulis yang disukai di kompasiana, pertanyaannya adakah penulis dengan kualitas tersebut di kompasiana? Saya rasa ada dan mungkin cukup banyak. Sayangnya saya belum mencapai level tersebut. Mereka yang masuk kualitas ini walaupun tidak selalu terlihat di headline, namun selalu bagus jumlah pembacanya. Saya melihat kebanyakan penulis kompasiana dengan level disukai ini memiliki hal-hal yang unik. Pertama mungkin minat. Mereka memiliki minat tertentu dan menulis berdasarkan minat ini. Kedua konsistensi topik berdasarkan minat. Ketiga mungkin interaksinya dengan pembaca. Hal yang menjadi perhatian saya  adalah interaksi antara penulis dengan pembaca. Hal ini penting karena interaksi yang cukup kuat akan berpengaruh kepada pembaca tulisan seseorang. Misalnya, membalas komentar. Hal ini pernah saya alami, walaupun pembaca tulisan selalu membaca tulisan saya, meski kadang tidak berkomentar, namun ia merasa ditinggalkan karena komentarnya tidak dibalas. Bahkan pada kasus tertentu saya dikomplain karena tidak langsung membalas komentar di artikel saya yang saya publis di kompasiana. Padahal saya bukan tidak mau membalas komentar, lebih karena waktu di sela-sela kerja yang sangat sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembaca butuh interaksi dengan penulis. Mereka juga ingin dilayani walau hanya sebatas mengucapkan terima kasih atau OK. Pengalaman saya pribadi menunjukkan bahwa ada sebagian pembaca tulisan saya meminta pertolongan terhadap suatu masalah yang dihadapinya. Walaupun saya bukan
expert, namun saya tahu sedikit-sedikit dan mencoba menolong dengan memberikan pandangan saya terhadap masalah yang dihadapi. Bahkan terkadang karena berbagai alasan saya hanya bisa memberikan
link untuk dibuka dan dibaca. Bagi para pembaca atau yang bertanya tersebut pertolongan-pertolongan kecil seperti ini sangat berarti dan membuat mereka selalu ingin membaca apa yang ditulis oleh penulis kesukaannya tersebut walaupun tidak selalu meninggalkan komentar. Di sini kita melihat ternyata interaksi antara penulis dan pembaca di kompasiana itu sangat penting. Interaksi ini nantinya akan menentukan nilai seseorang penulis di kompasiana, apakah ia cukup baik dan mengerti dengan apa yang ditulisnya. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa ke depan hanyalah penulis handal di bidangnya dan ahli dengan apa yang ditulisnya yang akan berjaya. Saya percaya hal ini akan terjadi karena pembaca tentu saja ingin apa yang ditulis oleh penulis itu merupakan bidang yang mereka kuasai. Ini memberikan kesempatan yang lebih terbuka kepada peningkatan
personal branding seseorang terutama di kompasiana. Untuk itu, setiap penulis di kompasiana haruslah selalu belajar dan tak pernah berpuas diri dengan pencapaian yang diraih. Dengan menguasai apa yang ditulis, interaksi antara pembaca dengan penulis akan semakin terbuka dan beragam. Hal ini akan meningkatkan kedekatan antara pembaca dengan penulis sehingga penulis menjadi orang yang disukai oleh pembaca. Dari sisi teknologi internet terutama mesin pencari Google, semenjak diluncurkannya algoritma pencarian yang baru bernama Panda, artikel-artikel yang ditulis oleh seorang yang  menguasai bidang tertentu dan merupakan penulis asli konten akan memperoleh poin yang lebih baik. Artinya jika kita fokus dengan minat, kemudian meningkatkan pengetahuan di bidang tersebut sehingga bisa  membuat artikel yang spesifik dan unik, hal ini lebih dihargai oleh mesin pencari Google. Google sekarang ini sangat tidak suka hal-hal yang berbau
copy paste atau biasa disebut peternakan konten (
content farm). Inilah pentingnya bagi kita menguasai bidang tertentu sehingga bisa mengundang banyak pembaca. Dalam berinteraksi dengan pembaca ini juga dengan sendirinya akan tampak sifat penulis. Apakah ia penulis yang cukup rendah hati untuk mengakui kesalahannya, apakah ia pilih-pilih membalas komentar, apakah ia cukup ringan tangan untuk menolong atau apakah karena terlalu sering berada di dunianya sendiri, ia tidak bisa melihat kenyataan yang ada di sekelilingnya. Hal-hal kecil seperti inilah yang sering menjadi penghalang seseorang untuk menjadi, tidak hanya penulis yang disukai pembaca, tetapi juga pribadi yang disukai oleh banyak orang.
KEMBALI KE ARTIKEL