Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ganjar, Politisi dan Model Video Adzan TV Swasta

13 September 2023   14:13 Diperbarui: 13 September 2023   14:59 185 0
Kehadiran Ganjar Pranowo sebagai model di dalam video adzan di salah satu stasiun TV swasta, menuai polemik. Ganjar Pranowo adalah bakal calon Presiden yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Munculnya Ganjar dalam tayangan video adzan di salah satu stasiun televisi swasta, mengingatkan publik pada praktik politik identitas di dalam pemilihan umum.

Ganjar, Politisi dan Model Video Adzan TV Swasta

Identitas menurut Hogg dan Abrams (1988) merupakan konsep masyarakat tentang siapa dan seperti apa mereka serta bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Politik identitas merujuk pada aktivitas yang dilakukan berdasarkan identitas tertentu untuk mendapat pengakuan luas dari publik. Politik identitas, tidak bisa hanya dilihat dari sudut negatif. Justru, politik identitas bisa menjadi kekuatan untuk dapat menyatukan suatu kelompok. Persoalan dalam tayangan adzan ini bukan pada politik identitasnya, namun Ganjar ingin mencitrakan diri sebagai seorang yang agamis dengan caranya berperan sebagai model dalam tayangan adzan tersebut.

Hogg dan Abrams menjelaskan lebih lanjut bahwa masyarakat terstruktur secara hirarkis ke dalam ketegori-kategori sosial dalam penggolongan menurut ras, negara, kelas sosial, etnis, agama dan lainnya. Hal inilah yang bisa dilihat Ganjar dalam memasarkan dirinya sebagai bakal calon Presiden dari negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia. Kemudian dalam tiap kategori tersebut memuat suatu kekuatan, status, dan martabat yang memunculkan struktur sosial yang khas dalam masyarakat.

Politik identitas, bukan barang baru. Politik identitas sudah dapat ditelusuri sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah bahwa kepala daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dalam Pilkada. Dengan Pilkada ini, kelompok masyarakat mayoritas yang berada dalam daerah tertentu akan memiliki peluang yang lebih besar untuk memenangkan kandidat mereka.

Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI, Syamsuddin Haris, menuturkan bahwa kemunculan politik identitas di Indonesia terjadi karena faktor berikut;

  • Dampak kebijakan pemerintah yang terjadi sejak zaman Soeharto yang tidak serius dalam membangun karakter bangsa karena hanya memfokuskan pada bagaimana membangun sebuah negara.
  • Kedua adalah sikap ambivalensi yang ditunjukkan oleh Pemerintah dalam menghadapi isu terkait negara dan agama.
  • Dan yang terakhir adalah, tidak adanya peran Partai Politik dalam proses demokrasi, sehingga sentimen sectarian atau primordial, menguat dengan sendirinya di tengah-tengah masyarakat.

    Marketing Politik yang Kolot

    Pemasaran politik atau marketing politik merupakan proses memengaruhi khalayak, membentuk, dan menyatukan opini kepada suatu ideologi yang dianggap oleh kandidat dapat memengaruhi khalayak dengan cara menjual ide dan gagasan melalui serangkaian strategi yang jitu. Apa yang dilakukan oleh Ganjar, adalah menjual identitas untuk menunjukan siapa dirinya di dalam masyarakat seperti yang disampaikan di atas oleh Hogg dan Abrams.

    Hari ini, sulit menemukan bakal calon presiden yang benar-benar menjual dan memasarkan ide dan gagasannya untuk negara dan masyarakat. Bacapres, sibuk sesumbar kedekatannya dengan para tokoh-tokoh masyarakat dan para elit. Meskipun yang dilakukan oleh Ganjar adalah sebagai salah satu strategi marketing politiknya melalui citra agamis yang ditonjolkan, kemunculannya di layar kaca adalah cara kolot untuk memasarkan siapakah Ganjar untuk dapat dikenal sebagai bakal calon Presiden Indonesia.

    Sokongan Pemilik Media Sekaligus Partai Politik Pendukung

    Ganjar yang mencitrakan diri sebagai seorang agamis, didukung oleh pemilik media dan televisi swasta di Indonesia, Hary Tanoesodibjo. Hary Tanoe adalah Ketua Umum dari Partai Perindo yang merupakan salah satu Partai pendukung Ganjar. Pada bagian awal tayangan adzan tersebut, memperlihatkan sebuah pemandangan. Baru setelahhnya muncul sosok Ganjar yang memakai kopiah berwarna hitam disandingkan dengan koko warna putih serta balutan sarung sembari membungkuk menyalami jemaah.

    Usaha para bacapres dalam menggaet suara pemilih melalui identitas yang dimiliki, terus menuai sentimen negatif. Pokok persoalannya adalah strategi politik identitas yang dibawakan berpotensi memecah belah kelompok. Para bacapres seharusnya mengupayakan partisipasi pemilih berdasarkan identitas melalui ide, gagasan serta super visi untuk Indonesia.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun