dulu kita pernah samasama
lamalama kau menjadi rabun, tuli, mati rasa
tapi lidahmu masih sangat lincah
seperti kakimu yang tak lelah mencari senang semata
aku hampir lupa rupamu tapi tidak lakumu
kau merenta dalam keluhankeluhan berkepanjangan
semakin uzur bersama gerutuangerutuan
kau ingin meraup cinta
padahal hatimu menebar dusta
kau mengharap kebaikan
padahal kau sendiri enggan berbuat baik
kau ingin menggenggam semua
padahal tanganmu hanya dua
kau gemar menghisap darah siapa saja agar kau tetap belia
tapi kau lupa terdapat virus dan racun dalam darah yang kau telan
lalu kau mudah merasa sakit luar biasa meski hanya karena cubitan kecil
hatimu menjadi keriput dan otakmu bertambah ciut
tak pernah tau arti bahagia
karena kau tak pernah peduli orang lain menderita
kau masih tenggelam dalam kesenangan yang awangawang
kapan kau siuman, melihat ke seputar dan berhenti berkaca pada cermin kebohongan