Keadaan ini terlihat dalam berbagai usaha penyelesaian masalah masalah bangsa saat ini. Orang Indonesia sangat pro aktif. Episode cicak buaya muncul semua orang Indonesia ramai-ramai besuara. Masalah ruu nikah siri semua ramai-ramai berteriak.
Mungkin karena kemampauan "tahu banyak tentang banyak hal" kita sebagai orang Indonesia merasa kurang pantas dan agak gengsi untuk menyelesaikan masalah bangsan yang sedemikian banyak -seperti yang saat ini kita lihat- satu persatu. Selesai satu, baru masuk ke yang satu lagi. Ini bukan tipe orang indonesia. Kita semua lebih suka menyelesaikan semuanya secara serentak. Mulai 100 harus selesai 100 pula. Tak boleh ada yang tertinggal. Ah sungguh sebuah kesempurnaan dari tuhan.
Sayang, kita orang indonesia tetaplah bangsa manusia. Tak akan pernah keluar dari lingkaran keterbatasan. Tak akan pernah bebas dari pelukan kekurangan dan kelemahan. Gairah tinggi tenaga tak cukup.
Keinginan untuk menyelesaikan banyak hal secara serentak tampak kabur dan samar perwujudannya. Semua masalah tak kunjung selesai. Malah makin berbentuk benang kusut. Dan bila ada pertanyaan "Kapan semua masalah ini selesai?". Mungkin tujuh generasi setelah kita saat ini masih akan menanyakan pertanyaan yang sama.
Saat bicara tentang membasmi koruptor di saat yang sama kita juga teriak tentang peningkatkan ekonomi rakyat. Saat demo tentang UN kita juga sibuk tentang PLN yang mulai impotent pembangkit listriknya. Atau dalam bentuk lain saat kasus Century muncul kita sama-sama menuntut, tapi belum tampak hasilnya kita sudah pindah mengeluarakan energi bersuara tentang ruu nikah siri. Mungkin saya agak sok tahu tapi bukankah memang ini yang saat ini kita, orang Indonesia lakoni?
Bagaimana bila masalah yag ada diselesaikan satu persatu. Ini tak berarti masalah lain dibiarkan. Ekonomi rakyat tak akan membaik bila korupsi jalan terus. Akan tetapi dengan adanya satu fokus, satu prioritas dalam jangka waktu tertentu. Semua masalah akan terselesaikan secara mudah, jelas, dan berkesinambungan. Serahkan masalah yang belum menjadi prioritas kepada orang-orang yang diberi kewenangan untuk menyelesaikannya. Nah sisanya, kita-kita yang banyak ini mari fokus pada satu masalah utama yang mesti segera diselasaikan.
Mungkin kita harus mencoba menyimpan sebentar keahlian "tahu banyak dan tentang banyak hal" dan meminjam dari orang barat "tahu banyak tentang sedikit hal". Mungkin kita akan lebih fokus. Tak semua kita hantam sekaligus dan secara besar-besaran. Bangsa mongol menguasai setengan jazirah dunia dengan invasi bertahap, tidak dengan menginvasi semua sekaligus.