Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Bullying dalam Keluarga

20 Januari 2014   11:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 849 2

Masyarakat kita cenderungmembiarkan bully karena dianggap main-main saja, apalagi kalau dilakukan oleh kakak kepada adik danorang dewasa kepada anak-anak di dalam keluarga.

Bullying sendiri artinya ancaman, pemaksaan, kekerasan fisik maupun verbal yang dilakukan berulang-ulang untuk memaksakan dominasi (kekuasaannya) terhadap orang lain. Bullying dilakukan oleh pihak yang lebih kuat (superior) kepada pihak yang lebih lemah baik fisik maupun mental. Ancaman dan kekuatan fisik sering digunakan meskipun bukan untuk melakukan kekerasan fisik, tapi untuk menimbulkan rasa tidak berdaya dari pihak yang menjadi sasaran (korban). Tapi dominasi yang sifatnya non-fisik juga bisa dilakukan yaitu kedudukan yang lebih tua kepada yang lebih muda, misalnya.

Kebanyakan dalam keluarga,orang tua menganggap sepele kala kakak atau orang dewasa mengolok-olok anak kecil yang dianggap menyenangkan untuk diganggu karena culun dan cengeng.Termasuk pembantu, senang menggoda anak saya yang kecil. Termasuk menakut-nakuti soal hantu hanya untuk bahan tertawaan.Saya menegur pembantu sekali, sudah cukup.Tapi anak sulung saya sampai sekarang masih belum berhenti mengolok-olok adiknya, termasuk menakut-nakuti soal hantu (ini senjata yang paling jitu!).Kedua anak saya ini berbeda usia 5 tahun. Meskipun anak sulung mengolok-olok adiknya hanya sekedar bercanda, namun sang adik menolak cara bergurau dengan olok-olok begitu. Saya pun mengatakan larangan berolok-olok kepada adiknya dan harus bersikap sebagai teman yang setara.

***

Anak yang lebih kecil dan lemah menjadi sasaran bullying dalam keluarga, bukanlah hal yang aneh di masyarakat kita. Apalagi di jaman saya anak-anak. Kakak menggetok kepala adiknya, memerintah, menendang, atau mengejek, bukan hal yang susah ditemukan. Kakak itu superior dan merasa berhak marah kalau perintahnya tidak diturut. Selain itu juga punya kekuatan fisik untuk membuat takut adiknya, terutama yang jauh lebih kecil.

Orang tua pun menganggap sepele, bahkan juga merupakan pelaku bullying terhadap anaknya sendiri. Aneh sekali kalau dipikir. Bisa-bisanya ya sebuah keluarga seperti itu. Orang dewasa yang suka humor menganggap lucu saja mencandai anaknya sendiri dengan cara mengolok-olok atau menakut-nakuti dengan cerita hantu. Aneh tapi nyata, semoga sekarang sudah tidak ada orang tua yang selera humornya seperti itu.

Beberapa puluh tahun silam, saya malah sangat takjub dengan keluarga teman SMP saya. Kakak-kakak perempuannya menyebut dia si jelek danibunya seperti mengiyakan. Sebenarnya tidak masalah olok-olok itu kalau saja si teman saya itu menanggapinya dengan dingin atau ketawa. Wong saya juga anak paling jelek dalam keluarga dan mendapat olok-olok begitu dari teman sekolah yang datang ke rumah. Tapi teman saya itu menanggapinya dengan mendalam dan cenderung jadi anak yang minder dan nervous. Padahal dia tidaklah jelek, tapi hitam manis. Berbeda dengan kakak-kakak perempuannya yang semuanya putih dan cantik.

Saya mendengar sendiri teman saya itu disebut anak paling jelek dalam keluarga.Kok tega sekali, menurut saya karena melihat kelemahan teman saya itu. Ibu dan bapaknya ya menganggap kelakar saja ketika salah satu anak perempuannya yang cantik itu mengolok adiknya itu “Gak akan laku punya pacar….”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun