Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Yang Perlu Dihindari Ketika Naik Bis Malam

20 Juli 2011   06:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32 467 0
Tuan sering tidur ketika bepergian jarak jauh naik bis malam antar kota antar propinsi? Bahkan jika naik bis kelas ekonomi yang tak ber-AC sekalipun, penumpang seringkali menikmatinya dengan tidur. Posisi duduk yang tak seberapa nyaman bukanlah sesuatu hal yang perlu dirisaukan dan tak perlu kawatir akan kebablasan melewati tempat tujuan, bukankah awak bis akan selalu berteriak pamer kemerduan suara sekapanpun bis sampai di kota-kota manapun? Tidur dan bangun sebegitu sampai di tempat tujuan dalam kondisi yang tak mengantuk dan cukup segar untuk menuntaskan rencana perjalanan.

Tapi tidak semua penumpang bis malam antar kota antar propinsi itu memejamkan mata. Beberapa cukup santai dan mencoba mengajak berkenalan dengan penumpang di sebelahnya, berbincang tentang ini itu sepanjang perjalanan, berbagi tawa keakraban sampai salah satu atau keduanya merasa cukup dan mencoba berdamai dengan kantuk.

Jika penumpang di sebelah tuan adalah seorang bapak-bapak dan kebetulan tuan adalah seorang pemuda yang sudah cukup umur, akan seperti apakah perbincangan yang coba tuan lakukan? Apa-apa saja yang akan jadi topik ngobrol demi keakraban dan "nyambung" antara satu sama lain? Dan terlebih lagi, bagaimana tuan memulainya?

Jika memang tuan mengalami kondisi seperti itu, setelah berkenalan, saya sarankan untuk tidak mencoba bertanya, "Pak, jam berapa sekarang?" Pertanyaan ini mempunyai lanjutan kemungkinan yang sangat memalukan dan pastilah tuan akan berharap tidak sedang naik bis malam antar kota antar propinsi dengan seorang bapak-bapak di sebelah tuan.

Pertanyaan itu tak akan dijawab, sama sekali! Bahkan dengan sengak si bapak itu akan berkata, "Jangan mencoba mengajak ngobrol denganku, anak muda".

Tuan akan merasa heran dan dengan suara dipelankan --supaya terkesan tidak tersinggung dan ramah pula-- bertanya, "Tapi kenapa, Pak? Apakah saya bertanya sesuatu yang salah? Atau bapak tidak suka saya ajak bicara?"

Si bapak dengan tegas langsung menjawab, "Sudah, diam atau tidurlah! Saya tak sudi ngobrol denganmu".

Tuan akan semakin penasaran. Salah apa memang? Sesombong itukah orang ini? Sebagai anak muda yang tak ingin dianggap tak menghormati orang yang lebih tua, tuan akan bertanya sekali lagi, "Baiklah, Bapak. Saya akan diam dan tak akan mengajak ngobrol. Hanya saja, mengapa bapak tak sudi ngbrol dengan saya? Apa salah saya, bukankah kita baru sekali ini bertemu dan berkenalan? Tolong jelaskan dan saya tak akan mengganggu bapak lagi".

Si bapak yang sebenarnya ramah itu menjawab dengan kalimat yang panjang, sangat panjang.

"Begini, anak muda. Saya tidak mau menjawab pertanyaanmu tadi karena memang pertanyaanmu itu yang membuat saya menjadi tidak sudi ngobrol dengan kamu. Pasti kamu heran. Begini, jika saya mengatakan jam berapa sekarang, pasti kamu akan melanjutkan obrolan kita dan karena saya ini tidak mengantuk dan aslinya memang orang yang ramah maka pastilah kita akan mengobrol panjang lebar. Lalu kita menjadi akrab. Dan karena sifat saya yang ramah, tentu saya akan menawarkan agar kamu suka mampir berkunjung ke rumah saya nanti sesampainya kita di tempat tujuan. Dan saya yakin kamu pasti mau dan suka untuk itu. Lalu apa yang terjadi?

"Anak istri saya juga tentu akan menyambut kamu sebagai tamu yang harus dihormati dan akan diajak makan bersama. Kamu akan berkenalan dengan anak istri saya. Dan kamu tahu? Anak saya itu seorang gadis yang cantik dan kamu saya yakin akan sangat tertarik untuk mencoba berkenalan lebih jauh. Anak saya itu sifatnya ramah, jadi kalian pasti akan segera menjadi akrab. Dan saya yakin, dari akrab itu kamu akan menjadi jatuh cinta. Dan saya kawatir jika anak saya nantinya akan membalas cintamu itu. Itu masih belum seberapa.

Karena saling mencinta, kalian akan berpacaran dan suatu waktu nanti kamu akan datang untuk melamar anak saya. Dan saya tentu saja tidak ingin mengecewakan perasaan anak gadis saya dengan menampik lamaranmu. Tapi coba pikirkan: apa iya, saya mau menerima lamaran kamu untuk menikahi anak gadis saya...jika jam tangan saja kamu tidak punya?"

.......................

***

Bukankah akan menjadi lebih menyenangkan jika saja tuan tidak mencoba bertanya tentang, "Jam berapa sekarang?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun