Ia diam tak berucap kata.
Juga memejamkan mata dan menundukkan kepala.
Hanya telinga yang dibukanya untuk mendengar Sang Sabda berbicara apa yang harus dilakukannya.
Gaung menggema di dalam lubuk hati dalam bisik yang sering terabaikan.
Separuh perjalanan sudah terlewatkan dan tinggal sepertiga langkah yang ada di depan.
Terseok di jalan lurus yang makin berat dan sepi tanpa teman dan kawan atau pun musuh yang berharap ampunan.
Tak ada lagi harapan untuk menebar kebaikan sebab kini ia hanya berharap ampunan karena tak pernah memaafkan.
Dalam sunyinya suasana hati terus berteriak menggugah penyesalan akan dosa tiada terlupakan.
Ia menunduk dalam penantian menuju keheningan semesta yang harus dijalani tanpa teman selain doa kala ia berkalang dalam tanah