Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Gaji Pembantuku Rp 59.770.000,- (Sebagian Catatan dari Ki Plered Mencari Tuhan)

16 November 2010   12:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33 144 0
Malam, ketika suasana kembali sepi, kami berempat duduk-duduk di teras. Memandang mobil-mobil mewah yang lalu-lalang. Aku dan istri berbincang, tentang betapa beruntungnya kami dapat menikmati kehidupan modern negeri ini...

Tinggal di gedung sebuah kantor yang mewah, sungguh berbeda dengan gubuk-gubuk yang kami dirikan beberapa hari yang lalu dalam perjalanan ini. Ibunya anak-anak yang membantu bersih-bersih dan memasak keperluan dapur kantor tiap harinya, menjadikan kebutuhan makan kami sementara aman. Dan, jaga malam juga membuat aku masih bisa melanjutkan hoby menulis. Anak-anak, meski sementara harus berhenti sekolah, mereka masih dapat belajar di http://www.dunia belajar.com melalui internet kantor pada waktu malam.

Ah, kadang-kadang terlintas juga dalam benak kami, bilamana tiba saat untuk pergi lagi melanjutkan perjalanan... Aku tidak tahu lagi mengajak dua bocah kecil kami yang lucu ini berteduh.

"Bapak, De-Pe-eR itu apa?" anak sulung kami menyela pembicaraan.

"DPR itu, Dewan Perwakilan Rakyat," aku berusaha menjawab.

"Lha iya, itu apa?" Si Sulung masih mengejar.

"DPR itu orang yang mewakili rakyat di pemerintahan negara kita."

"Tugasnya apa, Pak?" tanya dia lagi.

"Tugasnya ya mewakili, menyampaikan usulan, amanat dari rakyat. Menampung semua permasalahan untuk kemudian dirembug di Jakarta sana demi kepentingan rakyat."

"Oooh...jadi DPR itu tukang pos. Tukang antar pesan....." sahut Si Sulung.

"Nganter pesan gimana, to Nang?" istri ikut nimbrung.

"Ya itu tadi, seperti kata bapak. Kayak itu lho Bu, waktu di warung makan....saya minta es teh, bakso, atau nasi rames...trus ada yang menyampaikan ke tukang masak, lalu dianter deh ke kita!" jawab anak sulungku.

"DPR kan wakilnya Rakyat, trus...rakyat itu siapa?" anak bungsuku yang sedari tadi hanya diam dan menyembunyikan tangan di balik punggungnya tiba-tiba ikut bicara.

"Semua orang yang hidup di negara ini, termasuk Bapak, Ibu, Mamas, dan Adik." aku berusaha menjelaskan.

"Horeeee! Berarti Bapak sama Ibu ndak boleh sedih lagi! Sekarang sudah jelas, kita ini sebenarnya kaya. Wong, Bapak saja mampu membayar pelayan dengan lima puluh juta - tujuh ratus - tujuh puluh ribu - rupiah setiap bulan!" bocah kelas satu SD itu bersorak kegirangan.

"Siapa yang ngajari ngomong gitu?" ibunya menghardik.

"Lha iya, betul to, Mas? Ni, tadi Mamas membacakan ini!" ujarnya sembari mengangsurkan sobekan koran bekas pembungkus goreng pisang. Di koran itu tertulis, '...gaji seorang anggota DPR sebesar Rp.59.770.000,- setiap bulan'.

Ah, untung kedua bocah kecilku ini tidak mengetahui bahwa itu baru gaji pokok, belum termasuk uang jalan-jalannya ke Singapura, Italia, Belanda, Amerika.....................

Tengah malam, ketika suasana semakin sepi, aku terbangun oleh suara yang lamat-lamat terdengar dan makin lama semakin jelas dari dalam gedung kantor ini....suara perempuan! Bulu kudukku jadi merinding... "....sugih! Ojo dikiro! Wong, pembantu saja saya bayar hampir enampuluh juta per-bulan!"

Ooooo....lah, ternyata istriku tercinta nglindur.....!
================oo0oo================

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun