Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Trekking di Bukit Bangkirai, Ada Pohon Diadopsi

5 Juli 2011   10:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:55 1051 4

Menghabiskan sisa liburan kali ini, kemanakah tujuan anda? Untuk yang sedang berlibur di Kalimantan Timur khususnya di daerah Balikpapan tidak ada salahnya keluar kota sejenak tuk mencoba tantangan yang tidak begitu berat sambil memanjakan mata di Kutai Kertanegara. Tepatnya di Wisata Alam Bukit Bangkirai. Area wisata yang diresmikan pada tanggal 18 Maret 1998 oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Djamaludin.

Kawasan wisata ini bisa ditempuh dari Balikpapan sekitar satu setengah jam menggunakan kendaraan pribadi. Kami berangkat dari Balikpapan Baru pukul 13.50 WITA dan sampai di lokasi pukul 15.20. Arah jalan menuju Samarinda cukup lancar hingga pertigaan Semboja-Samarinda anda belok kiri sejauh 20 km. Untuk 10 km pertama dari pertigaan ini jalan agak bergelombang dan sedang dilakukan perbaikan. Jurang di kiri kanan jalan dan pemandangan yang indah sangat sayang untuk dilewatkan. Setelah itu untuk 10 km selanjutnya anda akan mendapati jalan yang cukup mulus.

Untuk tiket masuk Rp. 2.000 per orang dan parkir kendaraan pribadi Rp. 5.000. Area parkir yang luas dan dikelilingi beberapa cottage yang siap untuk disewa jika memang anda ingin bermalam di sana.

Waktunya kita trekking. Dari area parkir, kita belok ke arah kiri, melewati jembatan canopy kira-kira 5 meter. Di sebelah kiri kita bisa melihat kolam renang, jika anda ingin berenang boleh saja, airnya jernih kok. Jalur trekking pertama ditempuh sejauh 500 meter. Jalan setapak dengan kiri-kanan pohon-pohon tinggi menjulang dan ukurannya besar. Selain pohon yang masih hidup juga terdapat pohon tua yang telah tumbang dan dibiarkan di sana. Bahkan ada yang menghalangi jalan setapak sehingga kita harus melompatinya. Pohon-pohon ini memang sengaja dibiarkan tetap di hutan.

Akhirnya kita sampailah di Canopi Bridge yang menghubungkan beberapa pohon bangkirai yang berukuran raksasa. Di sini jika anda ingin menikmati pemandangan hutan bangkirai, kita harus membayar tiket lima belas ribu rupiah per orang untuk wisatawan lokal dan tiga puluh ribu rupiah per orang untuk wisatawan asing. Untuk naik ke atas kita telah disediakan tangga memutar di sekeliling pohon yang terbuat dari kayu bangkirai juga. Tangga ini tidak ditanam dan akan mengikuti pertumbuhan pohon. Jadi bisa menghemat biaya untuk perawatan tangga dan pohonnya.

Pemandangan dari atas pohon sangat indah. Fungsi dari tempat di tiap-tiap pohon ini sebenarnya untuk memantau kawasan hutan. Mungkin ada yang terbakar jadi bisa cepat diketahui.Tetapi bagi sebagian pengunjung, berada di ketinggian adalah untuk menikmati pemandangannya dan mensyukuri betapa besar kekayaan alam negeri kita ini yang harus kita jaga.

Berbicara tentang menjaga hutan, di area trekking kita akan menjumpai banyak pohon yang diberi label “adopsi”. Kami sempat bertanya kepada bapak yang menjaga tiket untuk canopy bridge dan mendapatkan penjelasan dari beliau. Adopsi di sini adalah orang yang tercantum namanya sebagai yang mengadopsi akan memberikan donasi untuk perawatan pohon yang diadopsinya agar tetap lestari dan terjaga. Yang mengherankan kami, kebanyakan yang mengadopsi adalah orang jepang. Bahkan VIVO CORPORATION JAPAN, perusahaan asal Jepang mempunyai area adopsi sendiri. Hanya beberapa saja nama Indonesia dan itupun nama-nama Menteri Kehutanan di negeri ini. Saya hanya membayangkan jika semakin banyak nama Indonesia yang mengadopsi akan semakin baik dan itu akan menjadikan area hutan bangkirai sebagai kawasan hutan yang tetap lestari dan menjadi pemasok oksigen dunia.

Dalam perjalanan selanjutnya menuju ke arah tempat parkir kendaraan, dari area canopy bridge sekitar 1 km, kami menjumpai pohon yang unik. Pohon Bawang. Pohon ini tinggi menjulang, di depannya tergantung tulisan yang menerangkan tentang pohon ini. Kenapa dinamakan pohon bawang? Percaya atau tidak, berdiri di depannya saja saya bisa mencium aroma bawang putih yang menyengat. Ternyata pohon ini bisa digunakan sebagai bumbu dapur sebagai pengganti bawang putih. Walau sebenarnya bisa juga dijadikan bahan bangunan. Saya mencoba menancapkan kuku saya ke pohonnya dan benar, kuku saya tercium aroma bawang putih. Entah berapa banyak pohon ini ada di hutan bangkirai, seandainya banyak pasti sangat menyenangkan. Oia, di sini juga saya baru tahu kalau pohon meranti ternyata coraknya seperti seragam tentara.

Di tengah kawasan hutan ini juga ada area perkemahan. Waktu saya ke sana, mereka baru saja selesai dan bersiap untuk pulang. Tertinggal dua tenda yang masih berdiri.

Di kawasan hutan pasti kita ingin mengenal penghuninya selain tumbuh-tumbuhan yang ada. Saat kami berada di bawah pohon yang sangat besar, kami mendengar suara hewan yang melengking sangat keras seperti sirine. Tapi begitu kami menjauhi pohon itu, suara itu hilang. Sampai saat ini kami masih penasaran, lupa menanyakan kepada bapak penjaga canopy bridge tentang hewan itu.

Sementara waktu menunggu teman-teman ke kamar kecil, saya iseng melihat di area belakang kamar mandi di area cottage. Ada yang menarik perhatian saya. Yang sebenarnya kami tunggu--tunggu kemunculannya. Tiba-tiba ada beberapa ekor orang utan yang bergelantungan. Saya mendekat untuk mendapatkan gambarnya. Konsentrasi saya terpaku di pepohonan, ternyata mereka banyak berkerumun sekitar 5 meter di bawah di depan saya dan saya tidak menyadarinya. Hahahaha....

Selain itu jika anda ingin Jungle Trekking, anda bisa memanfaatkan fasilitas guide yang ada. Per kepala per hari tarifnya lima puluh ribu rupiah. Selain mencoba mengenal alam yang pasti hal ini akan menambah kecintaan kita pada hutan kita.

Akhirnya trekking harus kami akhiri. Pukul enam sore tepat kami beranjak meninggalkan kawasan bukit bangkirai. Pengalamanyang tidak pernah saya lupakan. Semoga nanti jika berkesempatan trekking lagi, hutan dan isinya ini masih sama bahkan semoga makin lestari.

05072011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun