Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Simbah Putri

29 September 2010   14:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 85 0
"Nduk, tulung irisna apel kuwi. Sethithik wae, ga usah akeh-akeh", itulah permintaan terakhir simbah padaku di suatu petang yang sunyi. Ditemani temaram lampu ublik dimana semprongnya mulai menghitam terkena langes. Malam itu aku tertidur pulas dalam pelukan simbah. Rasanya damai sekali hingga aku tidak menyadari simbah telah pergi untuk selama-lamanya. Simbah yang paling aku sayangi meninggalkan aku. Masih terngiang di telinga ini, orang-orang bilang padaku, saat aku kecil simbah selalu ngudang aku, "nduk, sok gedhe dadia wong sing iso ngangkat derajate wong tuwa, sekolaho sing dhuwur, masio mbahe uripe susah, ojo nganti kowe melu susah." Dan kini akuĀ  hanya bisa meneteskan air mata dan dada rasanya sesak mengingat hal itu. Mbah, aku rindu. Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakanmu. Tapi aku yakin mbah, jika saja mbah saat ini masih sugeng, mbah akan bangga padaku. Terima kasih mbah, telah merawat dan menyayangiku selama ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun