"Ooooiii... (prak prak prak)... !!" saya berteriak menirukan guru SD negeri kelas satu tempat anak saya sekolah, sambil memukul dinding tembok.
Masih terngiang si anak pernah mengeluh kenapa gurunya kasar kasar, tak seperti di TK. Kelihatannya dia kaget dengan peralihan dari guru TK yang pengasih ke guru SD negeri yang bengis.
Ia juga mengeluhkan, saat pulang ke rumah, mengenai pelajaran kelas satu SD negeri yang gampang-gampang.
"Saya tanya tadi bu guru, bu, kenapa pelajaran kelas satu gampang-gampang?" protesnya, karena gurunya cuma menyuruh menulis angka dan huruf secara monoton, hal yang sangat remeh saat ia di TK.
Pertanyaan itu membuat gurunya tak suka. Dan balik menegur si anak dengan ketus.
Anak-anak kelas satu itu selalu dipanggil, 'ooii..' Didikan yang entah bagus atau tidak. Yang jelas nyatanya nafsu belajar si anak di rumah tak ada.
Pernah pula di rumah saya ajari dia menggambar hutan bambu. Kemudian saat di kelas dia menggambar hutan bambu itu, bu gurunya menyela:
"Kamu menyontek ya?" sinis.
Saat naik kelas dualah kami sepakat untuk memindahkan ke sekolah swasta, yang berbasis agama.
Dia senang sekali. Di sana anak-anak dipanggil 'ananda'. Bandingkan dengan panggilan 'ooii...'
"Ananda..," panggilan yang penuh kasih dan memancing siapapun untuk bersemangat beraktifitas.
Di sana juga dia punya program menghafal juhz-juhz panjang yang saya sendiri juga tak hapal. Perhatian kasih bu guru selalu ia jadikan cerita indah saat pulang ke rumah. Ia mulai rajin belajar dan bersemangat sekolah.
Kami bayar sekolahnya perbulan, tak apa asalkan sangat bermanfaat buat si anak. Kami tak merasa perlu sekali untuk mendidik dan menambah jam belajar si anak karena di sekolah sangat penuh aktifitas. Hampir tiap minggu ada ujian evaluasi.
Yang pasti komunikasi bu guru dan orang tua apalagi dengan murid sangat intens dan tak basa-basi. Bahkan saat pembagian rapor misalnya bu guru memberitahu dan bertanya ke orang tua murid tentang perilaku si anak. Ternyata anak kami diperhatikan, begitu kesan kami.
Tak ada lagi rasa khawatir kami melepas si anak ke sekolah swasta itu, yang manusiawi dan melegakan, tanpa ada bentak-bentakan ke anak kecil.