Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ketika Memilih Bertanya ke Kyai Google dari pada Ulama

19 Juni 2011   15:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22 553 3
Sempat berseteru sedikit dengan teman Mesir, suatu waktu,  ketika saya shalat pakai sepatu.

"Kamu shalat pakai sepatu?"

"Iya, memangnya ?"

Dia menggeleng-geleng, tidak kamu harus buka sepatumu, katanya

"Saya berwudhu dengan mengusap sepatu saya jadi saya tidak boleh membukanya ketika shalat."

Dia menggeleng lagi, kamu harus tanya imam, katanya.

Saya bertahan, sebelum saya mengemalkan shalat pakai sepatu telah berkali-kali  searching di Google, tentang fikihnya. Jadi saya tidak perlu menanyakan ke imam lagi  yang boleh jadi jawabnnya hanya seingatnya ala kadarnya tanpa hafal perawi hadist mengenai hukum ini.

Kami jugasempat  berseteru ketika membicarakan shalat di kereta api.

"Saya shalat di tempat duduk di kereta api" kataku, demi mengejar tepat waktu.

Tidak kamu harus menunggu kereta api itu berhenti dan shalat di pemberhentian atau di rumah.

Saya hanya mangggut-manggut pura-pura setuju, untuk menghindari suhu pembicaraan.

"Tanya imam," usulya lagi.

Google tampaknya menjadi ulama pilihan saya. Ia sangat meladeni rinican fikih agama.  Saya bukan ahli agama, tapi insya Allah tak cemas jika tak tahu suatu hukum ibadah.

"Bolehkah mencukur rambut dalam keadaan kita junub?"

Kalau yang ini, jawabannya ini saya tak peroleh di Google tapi di  Yahoo  Answer bagian Religion & Spiritual. Sehingga tak ada kecemasan lagi saat  junub tapi juga motong rambut.

Ketika ulama sibuk dengan urusan duniawi, masih ada ulama  setia yang serba tahu, Kyai Google.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun