Pembunuhan paling sadis di dunia ini bukanlah menancapkan sebilah belati atau menembuskan sebutir peluru ke dada seseorang, melainkan dilayangkannya tatapan sinis dan bahasa tubuh dari perasaan teramat jijik. Maka, bila kita meyakini bahwa napas adalah hak paling asasi pemberian Allah, tak seorang pun memiliki hak untuk merenggutnya dari siapa pun, termasuk Orang Dengan HiV/AIDS (ODHA).
Saya sangat meyakini bahwa Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak membutuhkan belas kasihan lebay dan tindakan mengiba-iba, melainkan tatapan mata hangat dan tepukan di bahu yang menyampaikan, "You'll Never Walk Alone". Kita mungkin tidak memiliki kemampuan medis, namun selalu memiliki anugerah psikologis untuk melakukan berbagai hal konkret:
- Pahamilah bahwa HIV/AIDS tidak selalu menginfeksi seseorang karena kesalahan yang bersangkutan. Faktor di luar dirinya memiliki kontribusi yang tak terduga. Jika pun karena perbuatannya sendiri; maka silakan Anda membenci perbuatannya, tapi bukan orangnya--karena setiap orang memiliki kesempatan untuk menyesali perbuatannya dan mengalami titik balik dalam hidupnya.
- Perlakukanlah mereka sebagai orang biasa sebagaimana kebanyakan orang lainnya. Terinfeksi HIV/AIDS bukan vonis dan pemberian hak bagi kita untuk melakukan pengucilan. Mereka tidak menuntut belas kasihan luar biasa, melainkan kesempatan untuk setara dengan siapa pun di muka bumi ini.
- Jadilah sahabat yang melalui diri Anda, mereka melihat Allah itu baik dan mengasihi mereka dengan tulus dan sepenuh hati. Anda tidak perlu memiliki kekayaan melimpah atau mampu melakukan hal-hal super hero untuk bisa berbuat sesuatu. Sapaan, penguatan, dan ketulusan selalu dapat dibaca oleh mereka.
- Jadilah relawan apabila itu menjadi pangilan dan pilihan bagi Anda untuk mendedikasikan sebagian dari diri, hidup, dan waktu Anda sebagai persembahan nyata bagi aksi kemanusiaan.