Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Warung Kopi = Ruang Kuliah Kami

20 Desember 2012   23:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 352 0

Berbicara mengenai kegelisahan akan fasilitas yang kami dapatkan, tentu semua berpendapat kurang puas. Bagaimana tidak, pihak rektorat mengumumkan bahwasannya kampus kami akan dibuat menjadi kampus digital dengan keadaan ruang perkuliahan yang sangat jauh dari kata layak. Dinding-dinding yang berlubang sangat sering ditemukan di fakultas kami. Remote proyektor yang entah dimana keberadaannya kini telah tergantikan oleh tongkat panjang untuk menghidupkan proyektor yang dipasang dilangit-langit ruang kelas. Bagaimana bisa dengan keadaan seperti ini, kampus kami di-upgrade menjadi kampus digital? Ya hanya mimpi para petinggi yang ingin memajukan kampus tanpa melihat realita sekitar.

Dosen, yaaa lagi-lagi dosen. Dosen seharusnya menjadi fasilitator, bisa memfasilitasi mahasiswa sekaligus mentransformasi ilmu dan materi-materi seputar perkuliahan. Berbicara fasilitas kampus, suatu hari saat jam perkuliahan tiba-tiba listrik di kampus kami padam, ada salah satu dosen yang membubarkan perkuliahan dikarenakan materi yang ada didalam slideshow tidak dapat di tampilkan. Apakah dosen tersebut tidak mampu menjelaskan materi tanpa slideshow yang dia buat dalam komputernya? Apa bedanya dengan mahasiswa baru yang belum paham cara menyampaikan materi di dalam kelas, yang baru bisa mengandalkan slideshow saat presentasi? Ya memang begini keadaan perkuliahan kami.

Lantas bagaimana dengan kami sebagai mahasiswa yang katanya agent of change yang dituntut untuk bisa memahami serta mengaplikasikan materi-materi perkuliahan jika yang menyampaikan materi saja tidak berkompeten? Apa yang bisa kita lakukan? Apa hanya bisa diam saja? Mahasiswa harus menjemput bola, tidak lagi menunggu bola datang. Jika memang keadaannya seperti itu, tak pantas kita disebut mahasiswa jika kita hanya diam saja. Menuntun ilmu itu tak hanya terjadi dan berlangsung didalam ruang kelas. Tapi dimanapun, kapanpun dan dengan cara apapun bisa kita lakukan. Mulai dari diskusi kelompok di kampus saat ada waktu luang, sampai nongkrong di warung kopi untuk sekedar bercerita sampai tengah malam dan masih banyak lagi cara-cara lain.

Warung kopi, setidaknya menjadi salah satu tempat favorit mahasiswa untuk sekedar kumpul-kumpul, bercerita-ria, ditemani secangkir kopi hangat dan sebatang rokok yang terkadang disertai permainan seven skop (salah satu permainan kartu bridge). Salah satunya saya. Sering saya ke warung kopi untuk bercerita, berdiskusi dan berdialektika masalah apa saja. Mulai dari masalah percintaan, seluk-beluk dunia perkuliahan, sampai berdiskusi masalah negara. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan di tempat ini.

Seperti yang dijelaskan diatas, warung kopi merupakan salah satu tempat yang ramai di kunjungi oleh Mahasiswa, tidak sekedar menjadi tempat untuk nongkrong sembari menikmati racikan kopi sang barista, namun juga kami anggap sebagai ruang kuliah selain di kampus. Ruang kuliah yang tak berdinding, tak ber-AC, tak ada dosen yang manja, pegawai TU yang galak, proyektor tanpa remote, whiteboard yang tak lagi putih dan segala fasilitas ruang kelas yang ada di kampus. Tapi satu hal, sangat banyak pengetahuan-pengetahuan baruyang bisa ditemukan disini, mulai dari yang berhubungan dengan dunia perkuliahan, sampai yang tidak ada hubungannya dengan kuliah. Lebih baik sedikit tahu tentang banyak hal, daripada banyak tahu tentang sedikit hal. Itulah sisi lain dari warung kopi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun