Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Dilema diantar deadline

25 Januari 2025   06:41 Diperbarui: 25 Januari 2025   06:41 15 0
Hari-hari di kantor terasa semakin berat bagi Anya. Deadline demi deadline menumpuk seperti gunung, membuat pikirannya terus berputar. Di satu sisi, ia ingin memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Di sisi lain, ia merasa terbebani dengan tuntutan yang semakin tinggi.Hari ini, Anya harus menyelesaikan presentasi untuk rapat penting besok. Ia sudah berjam-jam bergelut dengan data dan slide, namun hasilnya masih belum memuaskan. Frustasi mulai menghampirinya.

"Aduh, kenapa sih semuanya jadi begini ribet?" gumamnya sambil mengusap wajah.

Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka. Kepala divisi, Pak Hendra, masuk dengan wajah cemberut.

"Anya, bagaimana progres presentasinya? Besok harus sudah final, ya," tegas Pak Hendra.

Anya hanya bisa mengangguk lesu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang, namun rasa takut dan cemas mulai menguasainya.

"Pak, saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi, saya rasa masih ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki," jawab Anya dengan suara pelan.

"Saya tahu kamu sudah berusaha, Anya. Tapi, ini sangat penting. Jangan sampai kita gagal dalam rapat besok," ucap Pak Hendra.

Setelah Pak Hendra pergi, Anya kembali fokus pada pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang ke berbagai hal. Ia memikirkan hubungannya dengan rekan kerja yang semakin renggang, masalah pribadi yang belum terselesaikan, dan masa depannya di perusahaan.

"Apa aku harus mencari pekerjaan baru?" gumamnya dalam hati.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ternyata, itu adalah panggilan dari ibunya.

"Anya, kamu sudah makan siang?" tanya ibunya dengan nada khawatir.

"Sudah, Ma. Aku lagi sibuk banget nih," jawab Anya.

"Jangan terlalu memaksakan diri, ya. Kesehatanmu lebih penting," pesan ibunya.

Mendengar kata-kata ibunya, Anya merasa sedikit terharu. Ia sadar bahwa ia tidak boleh terlalu fokus pada pekerjaan sampai melupakan hal-hal yang lebih penting.

Setelah menutup telepon, Anya kembali menatap layar komputernya. Ia menarik napas dalam-dalam dan berusaha untuk lebih tenang.

"Aku bisa melewati ini," gumamnya.

Dengan tekad yang baru, Anya melanjutkan pekerjaannya. Ia mulai merombak seluruh slide presentasinya dan menambahkan beberapa data terbaru.

Beberapa jam kemudian, akhirnya presentasi selesai. Anya merasa lega, namun juga lelah. Ia melihat jam dinding. Sudah larut malam.

"Akhirnya selesai juga," gumamnya sambil meregangkan tubuh.

Anya memutuskan untuk pulang lebih awal. Di perjalanan pulang, ia menikmati udara malam yang sejuk. Ia merasa lebih tenang setelah menyelesaikan pekerjaannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun