Sejak ramai virus corona, masker jadi barang yang dicari banyak orang. Di Indonesia pun, sejak ada kabar corona, masker jadi langka. Besar kemungkinan, ketika corona memang sudah ada di Indonesia saat ini, masker menjadi barang yang makin dicari.
Contoh paling nyata terjadi di Solo. Seperti diberitakan kompas.com, harga masker yang per boxnya mulanya Rp 30 ribu, naik menjadi Rp 100 ribu per box. Hal itu seperti diungkapkan pegawai apotek K-24 Setiabudi, Banjarsari, Kota Solo, Merly.
Di lain tempat potensi yang sama juga mungkin saja terjadi. Masalah masker di masa sekarang ini bisa dilihat dari perspektif ekonomi dan kemanusiaan. Dari perspektif ekonomi, barang yang langka selalu cenderung mahal dan itulah perspektif ekonomi. Tak peduli dalam masa apapun, barang langka pasti mahal. Jika mau bukti, maka di daerah konflik barang barang pun berpotensi langka. Ketika barang benar-benar langka, maka harganya pun naik.
Maka, memang seperti itulah hukum ekonomi. Sejatinya juga menjelaskan bahwa hal yang berbau dengan ekonomi di masa sulit, cenderung memang tak manusiawi. Sekarang, bagaimana bisa dikatakan manusiawi jika di saat kesulitan, dipersulit lagi dengan barang langka yang mahal.
Jika barang langka menjadi mahal, maka keuntungan hanya dimiliki oleh orang berpunya. Sementara mereka yang tak memiliki uang cukup, hanya bisa berkhayal memiliki barang langka seperti masker. Jika masker dihargai Rp 100 ribu per box, sudah bisa ditebak siapa yang akan membelinya.
Saya sendiri tak memiliki kuasa untuk memaksa orang agar tak mengedepankan masalah ekonomi di masa seperti ini. Sebab, masing-masing orang memiliki hak. Lagipula, siapakah saya?
Maka, ketika seperti ini, ada baiknya pemerintah turun tangan. Bahkan, harusnya turun tangan ketika isu corona merebak dan belum masuk ke Indonesia. Pemerintah harusnya turun sejak beberapa waktu lalu ketika masker menjadi barang yang mahal. Pemerintah bisa menggunakan daya ekonominya untuk menyetabilkan harga masker atau menggunakan dayanya agar masker bisa lebih banyak lagi ada di masyarakat.Â