Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Cak Imin, Yudhistira, dan Simbol Sabar Hadapi Cobaan

29 September 2011   10:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:30 483 0
[caption id="attachment_133981" align="alignright" width="300" caption="Menakertrans A Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menerima Wayang Yudhistira dan buku Administrative Leadership in Public Sector dari Forum Mahasiswa untuk Pemerintahan Bersih (FPMB) sebagai bentuk dukungan kepada Cak Imin untuk tetap melanjutkan program reformasi birokrasi di Kemenakertrans, Kamis, 29/9/2011. "][/caption] DALAM KISAH PEWAYANGAN ALA JAWA, tokoh Yudhistira merupakan simbol raja yang arif dan bijaksana. Penampilannya kalem dan sopan. Akan tetapi saat melihat kemungkaran, ia akan marah dan bisa berubah jadi raksasa yang menakutkan.

Ilmu tertingginya adalah Kitab Jalmut Kalimasada yang selalu membimbingnya ke jalan kebenaran dan kejujuran. Yudhistira adalah salah satu referensi kepemimpinan yang ideal ala Nusantara dan Tanah Jawa.

Karakter Yudhistira juga pendiam tidak banyak bicara. Kalaupun berbicara tidak banyak direkayasa supaya menarik perhatian orang. Ia sabar, jujur dan adil serta pasrah dalam menghadapi cobaan hidup.

Karena jujur dan sabar harus disertai kesumerahan, maka ia mampu memenjarakan nafsu. Kesabaran tanpa kesumerahan belum dapat dikatakan sabar. Untuk melukiskan sejauh mana kesabaran dan kesumerahannya, dijelaskan dalam kisah sebagai berikut:

Asalnya, Yudistira (Sanskerta, Yudhisthira) alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar "Prabu" dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta (http://id.wikipedia.org/wiki/Yudistira).

Konon, ketika itu Pandawa sedang berada di hutan Kamiaka. Mereka sedang menjalani hukuman diasingkan selama 13 tahun akibat tipudaya kaum Kurawa. Lapar dan dahaga serta bahaya yang setiap saat mengancam merupakan derita yang amat sangat. Tetapi berkat keteguhan dan ketabahan serta tak putus-putus berdoa kepada Hyang Maha Tunggal semua cobaan itu dapat diatasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun