Kau tahu, saat kau mengatakan kalimat itu aku mencium wangi surga dari mulutmu.
Izinkan aku memanggilmu Cinta, setiap hari. Setiap kau membangunkanku saat Adzan subuh berkumandang. Setiap kau merapikan tempat tidurku setelah aku selesai mandi.
Aku tahu, jika ada super women terhebat di rumah ini, kau adalah orangnya. Tentu saja, karena kita tak punya assistant rumah tangga. Kau selalu menolak usulku yang satu itu. Ketika pagi datang, kau bersibuk membangunkanku. Sementara sesaat kemudian kau harus pergi ke dapur. Jika Adrian menangis, suaramu yang mendayu menjadi obat paling mujarab untuknya.
Awalnya aku pikir kau bukan manusia, karena dengan semua kesibukanmu kau masih sempat merapikan kemejaku, memasangkan dengan rapi sebuah dasi di sela kerah kemejaku. Bahkan kau masih sempat menyediakan sepiring nasi goreng beserta telor ceploknya.
Ternyata perkiraanku benar. Kau memang bukan manusia, tapi malaikat yang menyamar menjadi istriku. Kau adalah orang paling sibuk di rumah ini, tapi kau selalu membagikan cintamu dengan cara yang sempurna.
Inzinkan aku memanggilmu Cinta, setiap hari. Setiap namamu menjadi semangatku untuk menyapa dunia. Ini belum berakhir, masih banyak kata yang ingin aku ungkapkan untuk menggambarkan sosokmu, karena ada ratusan ribu kata yang selalu ingin aku rangkai setiap kali melihat senyummu.
Izinkan aku memanggilmu Cinta, memberikan seluruh hidupku demi sempurnanya gelarku sebagai seorang suami, ayahdari putra kecil kita Adrian.
Jika Cinta adalah pelengkap, kau adalah penyempurna. Cintaku yang lengkap takan terasa sempurna jika bukan kau yang di sampingku. Aku mencintaimu seperti aku mencintai detak jarum jam yang selalu mengingatkanku tentang keberadaan Tuhan.
Terimakasih istriku, bunda dari anak-anakku. Aku mencintaimu.