Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Surgaku di Tepi Jalan

24 Desember 2013   21:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:31 18 1
Tak perlu kemeja wangi,
cukup kaos oblong bolong-bolong
menyesak di antara tumpukan peluh
lampu merah berarti jalan
lampu hijau berarti lari

lima ribu baginya makan siang
sepuluh ribu baginya hidup seharian
tak harus bergambar proklamator
I Gusti Ngurah Rai sudah istimewa

datang pagi pulangnya malam
mandi keringat baginya kewajiban
menyerah berarti mati perlahan
bercumbu dengan asap knalpot adalah keharusan

matahari adalah kawan
rintik hujan adalah cobaan
tumpukan kertas bagaikan tempe mendoan
sehari tak habis berarti basi

(Banajarnegara, 2013)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun