Bayangkan ketika kamu sedang berjalan tiba-tiba disiuli dengan komentar genit menusuk telinga. "Hai cewek..pstt" "Kiw-kiw" "duh, sini sama abang!". Perasaan nyaman seketika sirna, digantikan rasa malu dan terintimidasi. Itulah catcalling, "hadiah" tak diundang yang mewarnai jalanan. Di balik tembok budaya santun Surakarta, catcalling bagaikan luka yang menganga.
KEMBALI KE ARTIKEL