Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa, "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".Â
Bagi pemerintah hal ini tentu menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu sistem pendidikan. Sedangkan bagi guru, hal ini merupakan tantangan untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih berkualitas, bermakna dan menyenangkan bagi murid.
Di Kabupaten Seram Bagian Timur, sebuah gerakan pendidikan yang inovatif dan penuh semangat sedang berlangsung. Gerakan ini dikenal dengan nama Gerakan Kora-Kora SBT, sebuah inisiatif yang diusung oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kab. Seram Bagian Timur dan Komunitas Guru Penggerak Kab. Seram Bagian Timur (Komunitas GPS).Â
Kora-Kora sendiri adalah singkatan dari Kolaborasi Aksi Komunitas Penggerak yang diinisiasi oleh Balai Guru Penggerak Provinsi Maluku.
Gerakan Kora-Kora SBT tidak hanya menjadi wadah bagi para guru untuk saling berbagi ilmu, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya meningkatkan kompetensi pendidik dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam praktiknya, Gerakan ini  mengusung strategi "TABULIK" yang juga merupakan akronim dari TergerAk Berbagi Untuk Lanjutkan Merdeka Belajar oleh IGI Kab. Seram Bagian Timur dan Komunitas Guru Penggerak Kab. Seram Bagian Timur (Komunitas GPS).
Selaku Koordinator Guru Penggerak Kab. Seram Bagian Timur, saya mengajak rekan guru maupun kepala sekolah yang bersedia menjadi bagian dari Gerakan Kora-Kora SBT ini. Setelah mendapatkan para penggerak yang akan terlibat dalam Gerakan ini, kami berdiskusi untuk meramu strategi apa yang akan kami gunakan untuk berbagi ke rekan-rekan guru di Kabupaten yang berjuluk Bumi Ita Wotu Nusa ini.
Gerakan Kora-Kora SBT lahir dari keprihatinan kami akan minimnya pemahaman dan kemampuan para pendidik terkait Implementasi Kurikulum Merdeka. Di Tengah tuntutan zaman yang semakin kompleks, kami merasa perlu adanya sebuah langkah nyata untuk membantu para guru dalam memahami konsep dan praktik Kurikulum Merdeka.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong-royong, kami mencetuskan strategi "TABULIK" yang merupakan akronim dari Tergerak Berbagi Untuk Lanjutkan Merdeka Belajar oleh Kora-Kora SBT. Strategi ini bertujuan untuk menggerakkan para guru dan kepala sekolah untk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.Â
TABULIK juga menjadi ajakan bagi kami semua, penggerak yang terlibat dalam aksi Kora-Kora SBT, untuk dapat melanjutkan semangat Merdeka Belajar.Â
Tujuan dari Gerakan Kora-Kora ini adalah agar para guru di Bumi Ita Wotu Nusa dapat menerapkan pendekatan Pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai pusat pembelajaran dan mendorong kreativitas serta kemandirian peserta didik melalui pembelajaran yang lebih menyenangkan melalui Implementasi Kurikulum Merdeka.
Untuk mencapai tujuan tersebut, hal pertama yang kami lakukan adalah melakukan koordinasi kepada Bapak Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Maluku, Bapak Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Seram Bagian Timur, Bapak Kepala Cabang Dinas Pendidikan Menengah dan Khusus (Dikmensus) Kabupaten Seram Bagian Timur serta Bapak Kepala Kementerian Agama Kabupaten Seram Bagian Timur terkait rencana Gerakan Kora-Kora SBT. Pihak-pihak tersebut menyambut baik rencana kami, dan menyampaikan dukungan penuh terhadap rencana kami. Â
Dalam pelaksanaan Gerakan Kora-Kora SBT, kami penggerak sepakat untuk menggunakan dana pribadi sebagai bentuk komitmen kami terhadap peningkatan kualitas Pendidikan di SBT.
Gerakan Kora-Kora SBT hingga saat ini telah menyasar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Kiandarat, Kecamatan Pulau Gorom dan Kecamatan Tutuk Tolu. Sebelum turun berbagi di ketiga kecamatan tersebut, tim Kora-Kora SBT telah melakukan asesmen awal tentang apa saja yang dibutuhkan oleh rekan-rekan guru di kecamatan-kecamatan tersebut. Data awal tersebut yang menjadi dasar kami dalam berbagi praktik baik.