Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Pengaruh dan Konsekuensi Pandemi Covid-19 terhadap Masyarakat

8 Juni 2024   19:19 Diperbarui: 8 Juni 2024   19:47 37 0
Pandemi COVID-19 merupakan tantangan serius bagi masyarakat di seluruh dunia karena seluruh populasi telah menjadi korban penyebaran penyakit ini dan telah melakukan pembatasan sosial. Di banyak negara, masyarakat harus mengisolasi diri dan mengurung diri di rumah selama beberapa minggu hingga bulan untuk mencegah penyebaran virus. Kebijakan penjarakan sosial mempunyai dampak negatif dan positif pada berbagai aspek perekonomian, gaya hidup, pendidikan, transportasi, pasokan makanan, kesehatan, kehidupan sosial, dan kesejahteraan mental. Di sisi lain, karena berkurangnya perpindahan penduduk dan menurunnya aktivitas manusia, emisi gas menurun dan lapisan ozon membaik; ini berdampak positif pada cuaca dan lingkungan bumi. Secara keseluruhan, pandemi COVID-19 mempunyai dampak negatif terhadap aktivitas manusia dan dampak positif terhadap alam. Kajian ini membahas dampak pandemi COVID-19 terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk perekonomian, kehidupan sosial, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.

Covid 19 telah mengubah berbagai aspek di dunia dan menyebabkan dampak negatif di berbagai bidang. Mulai dari bidang kesehatan dengan banyaknya jumlah yang terpapar Covid 19 serta korban jiwa baik dari masyarakat maupun dari pihak medis. Dari segi ekonomi menyebabkan berbagai negara mengalami resesi ekonomi, serta yang paling terlihat adalah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran, menurunnya daya beli masyarakat serta sepinya kegiatan pariwisata, perhotelan serta penerbangan dll. Di bidang pendidikan pun sangat merasakan dampaknya seperti kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Meningkatnya angka persebaran virus corona di Indonesia mendorong pemerintah untuk mengeluarkan beberapa kebijakan atau langkah yang dapat dilakukan selama pandemi virus corona ini berlangsung, kebijakan yang dilakukan dimaksudkan untuk menghindari adanya penyebaran virus corona pada peserta didik di berbagai sekolah atau perguruan tinggi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menganggap bahwa pembelajaran yang tepat dilakukan saat pandemi seperti sekarang ini ialah pembelajaran daring atau pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh sehingga walaupun tidak bertatap muka, pembelajaran tetap dapat dilakukan untuk mengejar kurikulum yang tertinggal selama pandemi. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Nadiem Makarim, membuat keputusan untuk meniadakan Ujian Nasional Tahun 2020. Hal ini merupakan kesepakatan antara Presiden, Kemendikbud dan DPR (Permendikbud No. 719 Tahun 2020).

Pada kondisi seperti ini semua guru atau tenaga pendidik diharuskan untuk mengganti pembelajaran menggunakan daring atau E-Learning melalui media online. Berbagai platform digunakan untuk melakukan pengajaran sehingga perlu didukung dengan fasilitas pembelajaran yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi (Anugrahana, 2020). Adanya pembelajaran E-Learning diharapakan siswa dapat mengikuti pembelajaran meski tidak dapat bertatap muka langsung. Lalu guru bisa mengajarkan mata pelajaran dengan baik. Sehingga guru dan siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Romi Satrio Wahono penyampaian bahan ajar menggunakan E-Learning meliputi, a) Synchrounous E-Learning: guru dan siswa berada di dalam kelas, di waktu yang sama tetapi berada di tempat yang berbeda. Dalam pembelajaran ini menggunakan infrastruktur teleconference. Melalui teleconference siswa dapat berinteraksi dengan guru di tempat yang berbeda. Untuk dapat menggunakan fasilitas teleconference dibutuhkan kapasitas perangkat yang memadai, sehingga proses teleconference tidak terputus-putus; Asynchronous E-Learning: guru dan siswa berada pada kelas yang sama tetapi dalam waktu dan tempat yang berbeda. Menggunakan kelas yang sama maksudnya adalah kelas virtual yang ada dalam jaringan internet maupun jaringan intranet.(Wahono, 2018) Pembelajaran secara daring/online pada dasarnya berbeda dengan pembelajaran luring (pembelajaran tatap muka konvensional), sehingga diharapkan kesiapan dalam berbagai hal perlu di perhatikan. Hal ini dilakukan untuk memelihara komunikasi agar belajar tetap menjadi efektif yaitu dengan saling menghormati antara siswa dan staf guru, selain itu kualitas dalam pembelajaran harus tetap baik dengan pemberian materi pembelajaran yang maksimal.

Berbicara tentang pembelajaran daring tidak terlepas dari peran guru yang tentu saja harus lebih siap sedia dibandingkan dengan siswanya. (Zhang et al., 2004) melakukan penelitian dan menemukan bahwa: Nevertheless, we believe that e-learning is a promising alternative to
traditional classroom learning, which is especially beneficial to remote and
lifelong learning and training. In many cases, e-learning can significantly
complement classroom learning. E-learning will keep growing as an
indispensable part of academic and professional education.
(Meski demikian, Zhang dkk yakin bahwa E-Learning adalah hal yang menjanjikan untuk alternatif pembelajaran kelas tradisional, yang sangat bermanfaat untuk pembelajaran dan pelatihan jarak jauh. Dalam banyak kasus, E- Learning bisa melengkapi pembelajaran di kelas secara signifikan. E learning akan terus tumbuh sebagai bagian tak terpisahkan dari akademik dan pendidikan profesional).

Dalam pembelajaran E-Learning para guru biasanya menggunakan berbagai media seperti whats app, Google classroom, Google meet, Zoom Meeting, edmodo dll. Guru memberikan pengajaran lewat berbagai aplikasi yang disampaikan kepada siswa. Guru bisa menjelaskan materi langsung tanpa tatap muka diantaranya dengan menggunakan Google meet atau Zoom Meeting. Selain itu guru juga dapat memberikan materi dan tugas yang dikirimkan lewat aplikasi Google classroom dan lain lain. Google classroom dirancang untuk membantu guru membuat dan mengumpulkan tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu seperti kemampuan untuk membuat salinan dokumen secara otomatis bagi setiap siswa. Kelas elektronik ini juga dapat membuat folder penyimpanan untuk setiap tugas dan setiap siswa, agar semuanya tetap teratur. Siswa dapat melacak setiap tugas yang hampir mendekati batas waktu pengumpulan di halaman tugas, dan mulai mengerjakannya cukup dengan satu klik. guru dapat melihat dengan cepat siapa saja yang belum menyelesaikan tugas, serta memberikan masukan dan nilai langsung di kelas elektronik.

Selain pembelajaran menggunakan Google classroom ada aplikasi lain yang sering digunakan yaitu Google meet. Google meet dapat digunakan secara gratis sebanyak 100 orang. Dengan banyaknya orang yang juga berselancar dan melakukan pekerjaan secara online turut mengganggu kelancaran konferensi online. Maka dari itu banyak yang mencari alternatif dengan menggunakan berbagai macam aplikasi agar mereka tetap dapat berhubungan dan menyampaikan rapat tanpa terputusputus, salah satunya adalah mengunakan Google meet. selain itu Google meet memiliki Interface atau antarmuka yang unik dan fungsional dengan ukuran ringan serta cepat, mengedepankan pengelolaan yang efisien, mudah guna (user friendly) yang dapat diikuti semua pesertanya.

Berdasar observasi awal yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2021, di SMAN 73 Jakarta juga terdampak pandemi yang saat ini sedang terjadi. Disana menerapkan pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning) dengan pembelajaran daring yang memanfaatkan teknologi seperti handphone dan laptop dengan perantara jaringan internet. Pembelajaran E-Learning yang dilakukan di SMAN 73 Jakarta memanfaatkan aplikasi Google classroom dan Google meet. Meskipun diakui oleh guru dan pihak sekolah disana, ini merupakan tantangan dalam pembelajaran di SMAN 73 Jakarta karena mayoritas siswa yang bersekolah disana adalah siswa kurang mampu dan orang tuanya banyak yang bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan tidak tetap dan para siswapun tidak semuanya mempunyai handphone dan laptop yang mendukung untuk pembelajaran E-Learning. Fasilitas belajar E-Learning seperti laptop dan handphone menjadi faktor utama SMAN 73 Jakarta yang tidak siap dengan keadaan seperti sekarang ini. Seperti pada kelas XI di SMAN 73 Jakarta dengan empat kelas IPS dan tiga kelas IPA. Berdasarkan observasi awal, dari siswa kelas XI tersebut ada beberapa siswa yang memiliki kendala terkait adanya pembelajaran berbasis E- Learning ini, seperti tidak memiliki handphone atau laptop yang mendukung dan kuota internet yang sulit di miliki karena keterbatasan ekonomi.

Banyak pihak yang mengeluh tentang pembelajaran secara E-Learning ini, siswa diberi tugas dan ujian online melalui Google classroom dan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan Google meet, tetapi pembelajaran tatap muka dilakukan serentak satu Angkatan dalam satu hari. Seperti yang terjadi di SMAN 73 Jakarta, pembelajaran sejarah melalui Google meet dilakukan seminggu sekali. Kelas XI mendapatkan pembelajaran sejarah melalui Google meet hanya 45 menit dalam seminggu. Hal itu disebabkan karena Google meet hanya dapat menampung 100 partisipan setiap sesinya sehingga diputuskan untuk dijadikan dua sesi untuk IPS dan dua sesi untuk IPA karena di SMAN 73 Jakarta kelas XI nya ada tujuh kelas dengan empat kelas IPS dan tiga kelas IPA. Demikian pula yang dialami guru atau tenaga didik lainnya. Dengan memonitor siswa dari jarak jauh tidaklah efektif, guru mengkoordinir siswa yang secara geografis mereka tinggal jauh dari sekolah dengan beberapa konsekuensi yakni media atau aplikasi pendukung pembelajaran mengalami kendala, jaringan internat yang tiba-tiba hilang dan juga minim kuota internet.

Dampak lain yang terjadi jika misalnya ada penugasan lewat aplikasi Google Classroom, Akan ada siswa yang ketinggalan atau belum mengirim respon sampai batas waktu pengerjaan habis. Dengan masalah di atas, akhirnya kepala sekolah membuat kebijakan dengan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu dengan meminjamkan handphone setelah didata oleh wali kelas. Selain bantuan dari kepala sekolah semua siswa dan guru juga mendapat bantuan kuota dari pemerintah yaitu kuota belajar. Kuota tersebut dapat digunakan untuk pembelajaran. Keputusan ini membuat guru-guru bisa memanfaatkan pembelajaran E-Learning dengan mengeksplor materi-materi sejarah dengan menggunakan berbagai media elektronik seperti tur virtual cagar budaya dan tur virtual museum yang tentunya dapat mendukung keefektifan pembelajaran khusunya pembelajaran sejarah. Guru sejarah dapat melakukan tur virtual museum ke museum proklamasi yang mana materi tersebut diajarkan pada kelas XI pada amata pelajaran sejarah wajib.

Berdasarkan hasil pengamatan penelitian yang dilakukan tersebut.
dengan demikian peneliti ingin membuat suatu karya terhadap penelitian
mengenai "Pembelajaran Sejarah Pada Masa Pandemi Covid-19 di SMAN 73
Jakarta".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun