17 November 2024 15:15Diperbarui: 17 November 2024 18:521241
Pagi itu tahun 1989, angin sejuk mengalir melewati celah-celah jendela di sebuah surau kecil. Di sanalah pertama kali aku bertemu Buya Risman Muchtar, seorang dai yang keilmuannya menjulang tinggi seperti gunung. Sosoknya bersahaja, dengan kopiah hitam khasnya dan senyuman yang menenangkan. Ketika itu, aku hanyalah seorang pemuda yang baru bergabung dengan Muhammadiyah. Namun, sejak melihat beliau mengkaji kitab Al-Islam karya Said Hawa dengan penuh khidmat, aku tahu bahwa beliau bukan sosok biasa.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.