Media sosial semakin menjadi penting dalam kampanye pemilihan, walaupun hanya sedikit pemilih saja yang benar-benar membaca, melihat, ataupun mendengarkan apa yang dikatakan para tokoh politik mereka dalam Twitter, Facebook, Youtube ataupun blog mereka. Media sosial modern telah mengambil alih fungsi poster dan selebaran.
Kondisi seperti ini menciptakan sebuah kehidupan baru yang arusnya mampu membawa keseluruhan fase-fase yang dialami sebelumnya. Beberapa media sosial mulai bermunculan dan rentetan-rentetan lainya mengekor di belakangnya, media-media ini seolah menjadi mercusuar atau bahkan bergerak seperti kecepatan radiasi nuklir untuk menjalar dan menyebar ke seluruh organ sosial yang ada di bumi.
Dengan proses penyebaran yang sangat cepat tentunya akan berpengaruh cepat pula terhadap kondisi atau keadaan yang dilakukanya. Kehebatan dan keampuhan dukun mungkin saat ini sudah mulai diambil alih oleh media social. Banyak kalangan yang memanfaatkan dukun ini untuk sekedar nampang atau mencari ketenaran untuk menarik simpati masyarakat. Kita ambil contoh para politisi yang masuk dalam lingkaran jaring-jaring ini, potensi besar media sosial inilah yang bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pejabat atau mereka yang berkecimpung di dunia politik.
Merujuk pada kesuksesan Barack Obama meraih kursi orang nomor satu di Amerika Serikat, media sosial justru menjadi senjata utama untuk meraup dukungan. Saat ini Obama menduduki peringkat ketiga sebagai pengguna Twitter yang paling banyak diikuti orang di dunia. Meski memiliki tim khusus untuk kampanye melalui media sosial, ia tak segan menulis sendiri tweet-tweet untuk menyapa para pengikutnya.
Tak hanya Facebook dan Twitter, menulis melalui situs pribadi dan blog juga bisa menjadi sarana ampuh untuk berkampanye. Ada beberapa nama tokoh politik yang rutin menuliskan pandangannya melalui blog. Hebatnya, tulisan tersebut bisa dibagikan pula melalui Facebook dan Twitter, sehingga sang tokoh tidak perlu khawatir jika tulisannya tidak akan ada yang membaca atau mengomentari.
Jikapun ada pejabat yang takut citranya terganggu gara-gara dihujat dan dicaci-maki lewat Facebook dan Twitter. Tentu saja sang pejabat ini tak sampai berpikir jika seorang Obama pun kerap diolok-olok melalui internet, tetapi terbukti dia tetap memiliki popularitas yang tinggi. Tinggal bagaimana mengelola isu dan menerjemahkannya melalui media sosial.