Hah? Benarkah?
Baru tahu aku, ada senja di minggu pagi
Padahal ia pagi
Mentari melambat tak mampu menoleh bola matamu yang bertutur
Sedikit mengilat cepat ia di kibaran rambutmu memerah, memendera
Angin bersegera sebelum ada pipimu basah
Awan ikut siaga meniada
BUK !!
Bahkan waktu terlihat tak rela memasrahkan dirinya untuk kau bermuram
Ada apa ini?
Dinda?
Kemari, biar ku teguk pedihmu
Biar aku telan si renung
Lebih baik perih ku tenggak
Daripada asin tetes matamu
Buang, Dinda. Buang !
Aku sudah memohon sedari tadi pada Sang Suhu
Agar akulah satu - satunya penghangat bagimu
Buang, Dinda. Buang !
Biar aku yang tenggelam
Mekarlah dikau
Selamanya..
Abadi
Paginya..
Dinda
Pagi ini harus pagi