Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Polemik Juara IPL vs ISL

1 Desember 2013   04:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:28 161 1
Tidak habis-habisnya jika harus membahas polemik yang terjadi dimasa lalu dan sampai 2016 nantinya untuk cabang yang sangat populer di negeri ini. Bukan hanya KLUB yang berkompetisi saja yang mempertunjukkan kekuatan bertanding, malahan para pengurus di PSSI juga ikut latah bertanding mempertunjukkan kekuatan masing-masing kelompok. Sudah seharusnya kita sebagai bangsa yang besar dan beradap yang merupakan bagian dari suksesnya "Sepakbola Nasional" tidak ikutan terlibat bergabung dan mensupport dengan apa yang di pertontonkan para penguasa sepakbola negeri ini, tetapi sebaliknya harus mengawal para pengurus di PSSI untuk mengurusi sepakbola nasional dengan sebenar-benarnya tanpa embel-embel kepentingan kelompok dan golongan. Jika para pengurus di PSSI lebih mengedepankan hal itu dalam mengurusi sepakbola nasional, lambat tapi pasti akan tersingkir dengan sendirinya dari percaturan sepakbola Indonesia.

Pencinta sepakbola nasional sejati negeri ini tidaklah "bodoh". Diam bukan berarti tidak berbuat. Mereka yang duduk di kepengurusan PSSI harus ingat bahwa apa yang di rencanakan  dan dijalankan untuk sebuah kompetisi "TERJEGER" di musim depan  tidak ada apa-apanya jika tidak di dukung oleh para penonton yang datang ke stadion. Sudah barang tentu semakin semarak penonton ke stadion maka sebuah klub juga akan memperpanjang "nafas" untuk terus eksis di sepanjang kompetisi.

Eksistensi sebuah kompetisi di Indonesia sangat jauh dari kata "LIGA PROFESIONAL".  PSSI pernah memaksakan menjalankan roda kompetisi dengan nama "IPL" di pengurusan yang lalu dimana harus "dimakamkan" karena konsorsiumnya sudah "Pailit" dan diikuti oleh KLUB-KLUB kembaran, begitu juga dengan kompetisi yang bernama "ISL" yang gaungnya mengalahkan  Laliga BBVA dan EPL sebenarnya hanyalah kompetisi "LAWAKAN" yang jauh dari kata "PROFESIONAL". Dimulai dari Stadion yang tidak seluruhnya representatif untuk "KLUB PROFESIONAL menurut standard AFC, status keuangan KLUB yang tidak mampu membayar "honor " pemain, transparansi pengelolaan keuangan di tingkat pengelola kompetisi dan masih banyak lagi jika harus di sebutkan satu persatu.

Akibat konflik di internal PSSI akhirnya Indonesia hanya diberi jatah oleh AFC untuk kompetisi level kedua Asia di AFC Cup 2014. Keputusan sudah di ambil oleh penguasa "Exco PSSI rasa KPSI" dengan mengutus Juara dan Runner Up ISL 2013 untuk bertarung di kompetisi antar klub Asia level kedua, sedangkan "SPFC" yang di klasemen FIFA sampai hari ini masih duduk di peringkat teratas, jatahnya "menonton" saja. Untuk level satu ACL 2014 sendiri Indonesia tidak diberi jatah dan wakil AFF hanya Thailand dan Australia. Sangat jelas terlihat "dendam-mendendam" masih terlihat dalam keputusan penguasa "Exco PSSI rasa KPSI". Kita nikmati saja "dagelan-dagelan" ini sampai batas waktu kepengurusan berakhir di 2016 dan setelah itu jika ingin mengurus PSSI lagi harus menggunakan "TOPENG" agar tidak ketahuan belangnya.

Diakhir tulisan ini penulis hanya merasa "kasihan dan miris" dengan kondisi persepakbolan nasional. Sampai kapankah kita bisa menyaksikan klub-klub negeri ini Juara AFC dan ACL dengan mengalahkan klub-klub terbaik Asia. PSSI jangan cuma rebutan kursi memimpin sepakbola nasional tapi tidak "memuarakan" klub-klub di Indonesia berprestasi di tingkat ASIA, jangan cuma membanggakan kompetisi bisa selesai semusim dan mencari "Juara" nya tapi akhirnya "KLUB JUARA" hanya jago kandang dan pemain-pemainnya tidak layak masuk "TIMNAS".

"SEPAKBOLA MENGENAL "FAIR PLAY DAN SPORTIVITAS", BEGITU JUGA DALAM MENGURUS PSSI HARUS MENGEDEPANKAN "FAIR PLAY DAN SPORTIVITAS" BUKAN DENDAM DAN KEKUASAN KELOMPOK/GOLONGAN"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun