Hujan deras mengguyur kota medan malam itu, seolah-olah alam pun turut bersedih atas nasibku yang hancur. Deburan air hujan di jendela kamar sempit menjadi satu-satunya teman setia, menemani isak tangisku yang tak terbendung. Aku, Icha, seorang perempuan berusia 23 tahun, merasa seperti kapal pecah di tengah lautan badai. Beberapa bulan terakhir terasa seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai. Pemutusan hubungan kerja yang mendadak membuat hidupku terasa kacau. Tabunganku semakin menipis, sementara tagihan kuliah terus menumpuk. Aku berusaha mencari pekerjaan baru, namun penolakan demi penolakan membuatku merasa putus asa dan kehilangan arah. Aku merasa kehilangan segalanya: pekerjaan, kemandirian, bahkan harapan.Â
KEMBALI KE ARTIKEL