Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Upaya Pencegahan Obesitas pada Remaja

22 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 22 Juli 2024   19:10 37 0
Obesitas  merupakan  kondisi  kelebihan  berat  badan  akibat  tertimbunnya  lemak.  Indonesia  sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderita obesitas (Telisa, 2020). Obesitas terjadi pada kondisi asupan  energi  jauh  melebihi  penggunaan  energi.  Aktivitas  fisik  yang  sangat  ringan  memiliki  faktor risiko  9,5  kali  lebih  besar  untuk  menyebabkan  terjadinya  kegemukan  dibandingkan  dengan  aktivitas fisik ringan. Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan akumulasi jaringan lemak yang berlebihan sehingga   dapat   mengganggu   kesehatan   fisik   dan   psikososial.   Banyaknya   faktor   yang   memicu terjadinya  obesitas,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  obesitas  adalah  penyakit  yang  cukup  kompleks. Kebanyakan   penelitian   melibatkan   ketidakseimbangan   asupan   kalori   yang   diterima   dan   yang dikeluarkan   (Suryadinata,   2019).   Interaksi   antara   berbagai   macam   komponen   yang   mengatur keseimbangan  energi  dan  bersama-bersamadengan  mekanisme  balik  (Feedback  mechanism)  yang meregulasi nafsu makan, energi intake dan energi expenditure (Nyoman, 2014).Usia   remaja   merupakan   periode   rentan   gizi   karena   berbagai   sebab,   yaitu   pertama   remaja memerlukan  zat  gizi  yang  lebih  tinggi karena  peningkatan  pertumbuhan  fisik.  Remaja  merupakan salah  satu  kelompok  sasaran  yang  berisiko  mengalami  gizi  lebih  (Kurdanti,  2015).  Pada  remaja kejadian  kegemukan  dan  obesitas  merupakan  masalah  yang  serius  karena  akan  berlanjut  hingga  usia dewasa (Telisa, 2020; Nyoman, 2014). Obesitas  yang  terjadi pada remaja bila  tidak ditangani dengan baik  dapat  berdampak  buruk  bagi  kesehatannya  di  usia  dewasa  (Ida,  2022). Dampak  obesitas  lainnya
12745yaitu   dapat   menyebabkan   remaja   rendah   diri,   kecemasan,   keterampilan   sosial   yang   kurang berkembang,  rentan  menjadi  sasaran  bullying,  dan  bisa  berakibat  depresi.  Anak  yang  mengalami obesitas  tidak  dapat  berkonsentrasi  belajar  karena  anak  yang  obesitas  akan  mudah  mengantuk sehingga  mengganggu  aktivitas  proses  belajar  mengajar  (Dewita,  2021).  Faktor  penyebab  obesitas pada  remaja  bersifat  multifaktorial.  Peningkatan  konsumsi  makanan  cepat  saji  (fast  food),  rendahnya aktivitas  fisik,  faktor  genetik,  pengaruh  iklan,  faktor  psikologis,  status  sosial  ekonomi,  program  diet, usia,  dan  jenis  kelamin  merupakan  faktor-faktor  yang  berkontribusi  pada  perubahan  keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas (Kurdanti, 2015; Nugroho, 2020).Permasalahan mitra yang saat ini ditemui pada santri Putra dan Putri PP. Hidayatullah Al MuhajirinBangkalan  adalah  santri  seringkali  membeli  jajanan  di  kantin  pesantren  berdasarkan  kesukaannya tanpa  mempertimbangkan  kandungan  gizinya  seperti  mie  instan,  bakso,  roti  dan  gorengan.  Hal  ini merupakan  makanan  yang  tidak  mengandung  gizi  seimbang  yang  akan  berdampak  terhadap  masalah kesehatan,  termasuk  obesitas.    Menurut  artikel  pengabdian  masyarakat  sebelumya  menunjukkan adanya hubungan antara pola makan dengan indeks massa tubuh santri/santriwati di Pondok Pesantren (Nasution, 2022).  Hasil penelitian yang berkaitan dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah  adalah  Physical  Fitness  Is  Correlated  with  Quality  of  Life  among  Elderly  Gymnastics  Club from  Haji  General  Hospital  Surabaya,  Indonesia  (Hasan,  2022),  Ultrasound  assessment  of  femoral cartilage thickness among healthy Indonesian adults (Pane, 2022) dan Femoral Cartilage Thickness in Knee  Osteoarthritis  Patients  and  Healthy  Adults:  An  Ultrasound  Measurement  Comparison  (Pane, 2023).  Kedua  penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa  aktivitas  fisik  membawa  banyak  manfaat  bagi kesehatan,  termasuk  dalam  hal  pencegahan  obesitas.  Tujuan  kegiatan  pengabdian  kepada  masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai cara mencegah obesitas
 Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Artinya, masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia dewasa. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus (positive energy balance)dalam jangka waktu cukup lama, maka dampaknya adalah terjadinya obesitas. Obesitas merupakan keadaan indeks massa tubuh (IMT) anak yang berada di atas persentil ke- 95  pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya.Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan.Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak.4 Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah dengan kebiasaan
mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, anak dalam rentang usia ini perlu mendapat perhatian dari sudut perubahan pola makan sehari-hari karena makanan yang biasa dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk pola kebiasaan makan selanjutnya.5Hasil penelitian Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada tahun 2006 menunjukkan bahwa lebih dari 37,3% pelajar pernah merokok, 30,9% diantaranya merokok pertama kali sebelum berusia 10 tahun. Hasil Susenas (tahun 1995, 2001 dan 2004) menunjukkan usia remaja yang rentan untuk mulai mencoba merokok adalah 15-
19 tahun.6,7Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3) kali lipat pada anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001.8Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup. Obesitas pada usia anak akan meningkatkan risiko obesitas pada saat dewasa. Penyebab obesitas dinilai sebagai 'multikausal' dan sangat multidimensional karena tidak hanya terjadi pada golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetik. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi pada saat tumbuh dewasa. Anak obesitas biasanya berasal dari keluarga yang juga obesitas.Masalah gizi banyak dialami oleh golongan rawan gizi yang memerlukan kecukupan zat gizi untuk pertumbuhan. Kelompok anak hingga remaja awal (sekitar 10-14 tahun) merupakan kelompok usia yang berisiko mengalami masalah gizi baik masalah gizi kurang maupun gizi lebih. Prevalensi obesitas anak mengalami peningkatan di berbagai negara tidak terkecuali Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas anak disebabkan oleh pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorangtermasuk asupan energi. Menurut WHO, satu dari 10 (sepuluh) anak di dunia mengalami kegemukan. Peningkatan obesitas pada anak dan remaja sejajar dengan orang dewasa.11 Prevalensi yang cenderung meningkat baik pada anak maupun orang dewasa sudah merupakan peringatan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa obesitas dan segala implikasinya memerlukan perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko obesitas anak usia 5-15 tahun.

usia remaja antara lain gizi lebih dan gizi kurang. Namun dibandingkan dengan proporsi gizi kurang, proporsi gizi lebih seperti obesitas pada remaja usia 15 -19 tahun cenderunglebih banyak  (KumaladanBardosono,  2014).Hasil  Riskesdas  tahun  2018  menunjukan  angka prevalensi kelebihan berat badan pada remaja (16-18 tahun) sebesar 13,5%. Begitu pula pada usia  dewasa  (>  18  tahun),  mempunyai  kelebihan  berat  badan  dengan  pervalensi  sebesar 35,4%  atau  sekitar  221  ribu  jiwa.Pola  makan  yang  tidak  baik  atau  tidak  memenuhi gizi seimbang  dan  serat  yang  tidak  terpenuhi  seperti  sayur  dan  buah,  seringnya  kegiatan  yang tidak bermanfaat contohnya merokok serta aktivitas yang dilakukan kurang seperti olahraga merupakan faktor perilaku dan resiko utama dalam penyebab obesitas.Apabila  anak  kelebihan  energi,  maka  energi  yang  berlebih  akan  disintesis  menjadi lemak tubuh, jika lemak tubuh tidak terpakai untuk energiakan terjadi penimbunan lemak dan jika hal ini terjadi terus menerus maka mengakibatkan kegemukan dan obesitas. Efek dari obesitas adalah timbulnya penyakit seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes,stroke, dan lain-lain (Fauzan danSarman, 2022).Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan  masalah  yang  serius  karena  akan  berlanjut  hingga  masa  dewasa  (Kemenkes, 2011)Pengetahuan gizi yang kurang merupakan salah satu faktor penyebab overweightdan obesitas. Pendidikan gizi dilakukan di sekolah dan diberikan kepada remaja dengan tujuan meningkatkan pengetahuan gizi sehingga dapat merubah perilaku makan serta aktifitas fisik untuk meningkatan derajat kesehatan (Usmaran etal., 2019).Obesitas  masih  menjadi masalah  yang  sangat  seriusdi  Indonesia  salah  satunya  pada kehidupan  anak-anak,  banyak  anak-anak  mengalami  keterbatasan  gerak,  penghambatan perkembangan fisik motorik sehingga membuat perkembangan fisik motorikpada anak akan terganggu. Pola makan yang tidak tepat menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan munculnya masalah nutrisi pada anak. Dengan melihat fakta yang terjadi sekarang banyak masyarakat Indonesia yang lebih menyukai makanan cepat saji atau fast fooddan makanan serta minuman yang mengandung olahan gula tinggi (Mugianti et al., 2018). Obesitas yang terjadi pada anak-anak akan membuat kesehatan fisik, sosial, emosi anak, dan harga dirinya yang  menurun.  Hal  ini  dapat  dilihat  dari  penurunannya  hasil  akademik  yang  buruk  dan kualitas hidup yang rendah (Triana et al., 2020). Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak ataupun remaja mengarahkan pada masalah kesehatan yang lebih besar dikemudian hari. Hal ini membuat pencegahan dan pengendalian obesitas menjadi sangat penting. Maka dari itu, faktor risiko obesitas seperti buruknya pola  
 makan  dan  kurangnya  aktivitas  fisik  pada  individu  harus  diminimalkan  agar  penyakitnya dapat  dicegah (Dhanidan Yamasari,  2014). Upaya  yang  dapat  dilakukan  untuk  menekan angka  obesitas  di  Indonesia  diantaranya  yaitu  dengan  mendeteksi  kasus  obesitas  sedini mungkin  sehingga  akan  lebih  mudah  untuk  melakukan  intervensi  yang  tepat.  Upaya penemuan  kasus  ini  dilakukan  melalui  kegiatan  Posbindu  (Pos  Pembinaan  Terpadu)  untuk mendeteksi  dini  obesitas  yang  terjadi  di  masyarakat  ataupun  melalui  upaya  cek  kesehatan secara  mandiri  oleh  individu  dengan  mengukur  IMT  minimal  satu  kali  dalam  sebulan).  Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan angka obesitas di Indonesia diantaranya yaitu dengan  mendeteksi  kasus  obesitas  sedini  mungkin  sehingga  akan  lebih  mudah  untuk melakukan  intervensi  yang  tepat(Kementerian  Kesehatan  RI,  2018).Oleh  karena meningkatnya  kejadian  obesitas  pada  anak  usia  sekolah  perlu  suatu  upaya  pencegahan obesitas melaluisosialisasi upaya pencegahan obesitas pada remaja sehingga para remaja bisa menghindari terjadinya gizi lebih. Upaya pencegahan yang dilakukan memerlukan dukungan dari  keluarga  dan  sekolah  sehingga  dapat  menurunkan  kejadian  obesitas  pada  anak  usia sekolah yang pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan

Kesimpulan
Obesitas  merupakan  kondisi  kelebihan  berat  badan  akibat  tertimbunnya  lemak.  Indonesia  sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderita obesitas (Telisa, 2020). Obesitas terjadi pada kondisi asupan  energi  jauh  melebihi  penggunaan  energi.  Aktivitas  fisik  yang  sangat  ringan  memiliki  faktor risiko  9,5  kali  lebih  besar  untuk  menyebabkan  terjadinya  kegemukan  dibandingkan  dengan  aktivitas fisik ringan. Kelebihan berat badan dan obesitas merupakan akumulasi jaringan lemak yang berlebihan sehingga   dapat   mengganggu   kesehatan   fisik   dan   psikososial.faktor penyebab obesitas pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi mengunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak.4 Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia 4-5 tahun.
Referensi
Rita Vivera Pane1, Aisyah Aisyah2, Handayani Handayani3, Aufar Zimamuz Zaman Al Hajiri41,2,3,4)Fakultas Kedokteran, Universitas Nahdlatul Ulama Surabayae-mail: dr.rita@unusa.ac.id https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/cdj/article/view/23404/16436
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkm
Moh. Rizki Fauzan1, Sarman2, Fachry Rumaf3, Darmin4, Christien Gloria Tutu5, Alkhair61,2,3,4,5)Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika6)Universitas Muhammadiyah Bima https://www.e-journal.stikesgunungmaria.ac.id/index.php/jpmm/article/view/39

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun