Mantap!!
itu kata yang pertama yang terluncur dalam memulai rangkaian kalimat ini. Mantap, kata yang tepat bagi timnas Garuda yang mampu sampai final sea games walaupun akhirnya dikalahkan
Malaysia. Kalah dalam adu penalty merupakan kekalahan terhormat. Namun banyak hal yang menurut saya, dapat diambil hikmahnya dari kekalahan ini kemudian analisa sederhana dari seorang pencinta bola, khususnya sepakbola diÂ
negara ini.
- Poin bagus bagi coach RD yang mampu membuat Timnas Garuda tampil spartan selama sea games. Gaya kepemimpinannya mampu membuat permainan Indonesia lebih baik karena mampu merekrut pemain-pemain yang bisa berjuang kolektif. Tanpa kita sadari, tidak ada pembangkangan pemain-pemain Papua, tidak ada pemain yang emosional, tidak ada pemain yang di kartu merah, bukankah sedikit demi sedikit emmosional pemain mampu dia kendalikan?? Kita juga melihat dia mampu mengambil mutiara-mutiara tanah Papua, yang memang gudangnya pemain berkelas dari indonesia seperti Rully Nere dulunya. Pemain seperti Irfan Bachdim yang dielu-elukan di piala AFF, dia kesampingkan, itulah kelebihan coach RD ini.  Rekam jejaknya dalam melatih Persipura, Sriwijaya dan Persija merupakan bukti kemampuan dia. Satu poin minus, namun tidak besar, kalau bertanding, berteriaklah semampumu, marahlah kepada wasit, protes jika emang diperlukan, karena sikap seperti itu penting buat pemain juga. Sebuah motivasi tersirat kepada pemain. Namun dalam konteks pertandingan dan tidak emosional.
- Pemain Indonesia sudah berjuang keras, semangat berlebih ketika menjadituan rumah jelas sangat mempengaruhi. Tapi saya kurang yakin dengan mental ketika bertanding di kandang lawan. so, tugasnya PSSI untuk memberikan wadah pertandingan Internasional. Salah satunya tanggal 30 November ini menghadapi MLS dari AS. Beberapa pemain dengan poin plus selama sea games ini adalah : Egi M, Titus Bonai, P. Wanggai, Diego Michels, "Si Kecil" Andik. Lima pemain inilah yang sebenarnya merupakan pemain kunci kesuksesan Timnas Garuda mencapai final. Beberapa posisi lemah di timnas garuda saat ini adalah center back yang kurang tangguh, kurang lugas dan terlalu berlama-lama di kotak pinalty sendiri. Gelandang bertahan seperti Mahadirga Lasut masih kurang tangguh untuk memblok dan menutup serangan gencar lawan dari lini kedua. Terlihat ketika Indonesia tidak mampu meredam Badrool dari Malaysia yang sangat leluasa berkeliaran di daerah perhanan Timnas.
- Antusiasme supporter sangat luar biasa, tapi saya  sangat merindukan suporter kita seperti di luar negeri, yang menonton dengan baik dan tau aturan. memang kejadian di piala AFF tidak banyak terulang, namun akhirnya ada 2 orang tewas merupakan bencana buat suporter. Karifan suporter perlu disadarkn, contohnya ketika lagu negara Malaysia dikumandangkan, terlepas dari kisruh politik dan psy war lainnya, kita mustinya mampu bersikap bijak dan mendengarkan. Dengan mengumandangkan Indonesia oleh 100rb orang di GBK, merupakan suatuteror nyata yang sudah cukup kita lakukan.
- Kekalahan ini akan jadi titik bagus untuk mulai mempersiapkan timnas senior yang lebih bagus. Lihatlah Malaysia yang rajin berlatih ke eropa, latihan fisik khusus, latih tanding dengan Chelsea, Magang ke Eropa, kenapa Indonesia tidak bisa?Poin utama kita adalah, kita sudah semakin berkembang dengan sepakbola, namun pada saat yang sama tim lain juga sudah sangat berkembang.Jadi, jangan lengah dengan pembinaan, pemusatan latihan, kompetisi yang baik, sehingga kontinuitas pemain-pemain timnas berkualitas akan semakin terjamin.
KEMBALI KE ARTIKEL