Seratus tahun yang lalu, di Kopenhagen, dalam Kongres Perempuan Internasional ke-dua (1910), Clara Zetkin, menganjurkan 8 Maret sebagai Hari Perempuan (International Women Days/IWD) yang diperingati setiap tahunnya.IWD muncul sebagai bentuk penghargaan pd perjuangan perempuan, dalam memperjuangkan kesetaraan di ranah ekonomi politik, khususnya dalam hal partisipasi.
Tahun demi tahun telah berjalan, tapi perempuan di setiap penjuru dunia, masih juga turun ke jalan, dan meneriakkan ketidak adilan yang mereka rasakan. Selama seratus tahun!
Di Indonesia, setelah 65 tahun kemerdekaan dan 11 thn reformasi, perempuan-perempuan kita pun masih meneriakkan kenyataan, bahwa:
Dalam 1 hari:
Ada perempuan petambak yang kehilangan 45 hektar lahannya
12 perempuan mjadi korban kekerasan seksual
12 perempuan buruh migran, mati di negara tempat kerja
20 perempuan diperdagangkan untuk komoditi seks+tenaga kerja
48 ibu mati melahirkan
1600 perempuan buruh di PHK
100 juta ibu berhutang Rp 30.000,- untuk biaya konsumsi rumah tangga.
Dan dalam 4 hari: satu orang perempuan bunuh diri.
(sumber: Poster Barisan Perempuan Indonesia – dlm aksi damai 8 Maret 2010)
Tak kurang 5 perayaan bagi perempuan Indonesia setiap tahunnya
Mulai dari: Hari Perempuan - Hari Kartini - Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Hari Ibu. Tapi tak juga membawa kesejahteraan bagi perempuan Indonesia.
Lalu apakah perempuan masih harus terus dan terus berteriak? Mau sampai kapan?
Hingga 10 tahun, 50 tahun, atau harus sampai 100 tahun kemudian?
Mau menunggu sampai hari bangkitnya kepedulian para pejabat negara?
Seperti yang terjadi pada keluarga korban Tragedi Semanggi-Trisakti?
Keluarga alm. Munir? Keluarga korban Lapindo? Korban Bank Century?
Mau sampai kapan?
Padahal, kita bisa merintis dunia yang setara untuk perempuan2 masa depan.
Kita bisa mulai HARI INI dari dalam RUMAH KITA.
... dengan istri sebagai rekan setara suaminya, bukan sebagai pembantu rumah tangga. Istri yang dihargai pendapatnya, pilihannya, dan perasaannya. Istri yang berbagi tanggung jawab dalam karier dan keuangan keluarga. Istri yang merasa aman dan bahagia di dalam rumahnya!
... dengan suami sebagai rekan setara istrinya, bukan sebagai rekening bank berjalan. Suami yang dihargai pendapatnya, pilihannya, dan tindakannya. Suami yang berbagi tanggung jawab dalam pendampingan anak dan tugas rumah tangga. Suami yang merasa nyaman dan bahagia di dalam rumahnya!
Dengan teladan kedua orang tua itu, maka:
... tumbuhlah anak2 perempuan yang merasa aman, nyaman dan dicintai di dalam rumahnya.
Anak2 perempuan yang kuat menjaga dirinya. Anak2 perempuan yang tidak dibebani piring2 kotor, tapi mengejar impiannya dgn bebas. Bebas memilih dan menjadi apapun. Yang tumbuh sebagai perempuan muda, yang mengandalkan kecerdasan dan ketegarannya untuk menghadapi dunia. Bukan mengandalkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Perempuan2 generasi baru yang terbuka, kritis dan peduli pada lingkungan sekitarnya.
Dengan teladan kedua orang tua itu, maka:
... tumbuhlah anak2 lelaki yang merasa aman, nyaman dan dicintai di dalam rumahnya.
Anak2 lelaki yang lembut melindungi perempuan. Anak2 lelaki yang berbagi piring2 kotor, dan mengejar impiannya dgn bebas. Bebas berpikir, dan menjadi apapun. Yang tumbuh sebagai lelaki muda, yang mengandalkan kecerdasan dan keteguhannya untuk menghadapi dunia. Bukan mengandalkan ketampanan dan kekerasan tubuhnya. Laki-laki generasi baru yang terbuka, kritis dan peduli pada lingkungan sekitarnya.
Selamat Hari Perempuan Internasional – 8 Maret 2010
Selamat Tahun Keluarga 2010
Sumber tulisan:
- Statemen Berdikari Online Memperingati Hari Perempuan Se-dunia (IWD)
- Press Release Pekan Hari Perempuan Sedunia 2010 "BERSATU UNTUK KESETARAAN" Jaringan Perempuan Yogya
- Pernyataan Sikap Politik Sarekat Hijau Indonesia dalam Peringatan Hari Perempuan Internasional