Tim PKM RSH UPI yang melakukan penelitian ini berada dibawah bimbingan Dr. Wina Nurhayati Praja, S.Pd., M.Pd. Adapun tim peneliti terdiri dari lima mahasiswa aktif dari berbagai program studi dan angkatan, yaitu Abu Hafash Batula (Ilmu Komunikasi, 2022) sebagai ketua tim, dengan anggota Khaila Neisyandiva Nurraendra (Ilmu Komunikasi, 2020), Hasnaa Fasawaa Mardhiyyah (Ilmu Komunikasi, 2022), Marsha Hariani Putri (Bimbingan dan Konseling, 2022), dan Aida Fitria (Psikologi, 2022).
Penelitian ini berangkat dari keresahan akan fenomena generasi sandwich, yaitu generasi yang diapit oleh dua generasi lain, yaitu orang tua dan anaknya dimana ia harus membiayai kebutuhan utama keluarga mereka, disamping harus memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Peran yang dijalani generasi sandwich ini dapat berdampak negatif bagi dirinya sendiri baik dari aspek psikologis, fisik, emosional dan finansial. Hal inilah yang menjadi penyebab adanya peningkatan stres yang menjadi pemicu umum adanya kecemasan.
Penelitian yang dilakukan Abu Hafash dan teman-temannya dimulai dengan menyebarkan asesmen mengenai anxiety kepada warga untuk menjaring data serta sebagai data pendukung pelaksanaan penelitian di desa tersebut. Pada hasil penyebaran asesmen tersebut didapatkan bahwasanya keluarga generasi sandwich di desa Cilame dan Tanimulya terkadang mengalami anxiety dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. anxiety tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor internal yang menyebabkan generasi sandwich mengalami anxiety yaitu:
1. Kekhawatiran terhadap kesehatan keluarga.
2. Firasat buruk terhadap lingkungan.
3. Punya pemikiran buruk yang terus membuat khawatir.
Serta faktor eksternal yaitu:
1. Sulitnya mencari lapangan pekerjaan.
2. Komunikasi keluarga yang pasif.
3. Masalah finansial.
Dari faktor yang mempengaruhi terjadinya aksi tersebut munculnya dampak buruk yang dialami generasi sandwich. Dampak tersebut yaitu terjadinya:
1. Masalah pada pernapasan.
2. Pikiran buruk tentang kesehatan keluarga.
3. Punya kekhawatiran akan suatu hal.
4. Takut akan kondisi finansial dan
5. Susah untuk tidur.
Dari data ini, peran keluarga sebagai orang terdekat bagi generasi sandwich dapat membantu mereka untuk mengatasi Anxiety. Hasil riset menemukan bahwa keluarga bisa menjadi penolong bagi generasi sandwich untuk meredakan anxiety yaitu dengan menggunakan komunikasi yang bisa menjadi terapi. Pola komunikasi yang dapat digunakan keluarga dalam membantu generasi sandwich untuk meredakan anxierty yaitu diantaranya:
1. Keluarga dapat menjadi support system Dengan menemani dan menyediakan bantuan bagi seseorang yang mengalami anxiety khususnya generasi sandwich. Contoh kalimat yang dapat dikomunikasikan adalah
"Apakah anda khawatir pekerjaan Anda tidak selesai? biar saya bantu."
2. Keluarga sebagai pengingat religiusitas dalam hal ini keluarga dapat mengkomunikasikan kepada seseorang yang mengalami anxiety dengan menjadi pengingat dalam ibadah. Contoh komunikasi yang bisa diterapkan adalah
"Daripada galau, ayo ikut ke masjid buat salat jamaah. Pasti bakal tenang."
3. Memulai pembicaraan dan mengedepankan mendengar. Keluarga dapat membantu seseorang meredakan dengan cara tersebut. Contoh komunikasi yang bisa diterapkan adalah
"Kamu kenapa? Ada yang bisa saya bantu? Saya siap mendengarkan keluhan kamu."
4. Keluarga dapat mengapresiasi segala bentuk pencapaian. Dalam hal ini sangat penting bagi keluarga memberikan komunikasi atau ungkapan serta tindakan yang bisa membuat bahagia orang yang biasanya mengalami anxiety. Contoh komunikasi yang bisa diterapkan adalah
"Kamu sudah berhasil melakukannya, luar biasa. Semoga tetap istiqomah y.a"
Riset anxiety pada generasi sandwich membantu mereka dalam meredakan anxiety dengan bantuan keluarganya masing-masing. Oleh karena itu sangat penting bagi keluarga generasi sandwich untuk saling membantu meredakan anxiety dengan pola komunikasi yang dapat digunakan.