Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Waktu Itu, Bisu

2 April 2014   09:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 60 0

Hari-hari masih berjalan seperti biasanya, silih berganti, bertalu-talu seperti ketukan genderang yang membuat para pedangdut asyik menari mengikuti iramanya. Namun tidak untuk dirinya yang bukan penggemar  musik dangdut. Baginya, setiap waktu yang berjalan adalah ruang hampa nan kosong yang siap diisi oleh apapun, dengan apapun. Kadangkala terlihat seperti seorang raja tiranik yang teramatlah serakah, sewenang-wenangan merampas segala harta dan kehormatannya. Kadang-kadang seperti algojo penjara yang tengah mengeksekusi residivis yang hanya mampu pasrah dengan kesalahannya. Ketika sedang menunggu, ia berjalan begitu lambatnya persis seperti keong yang merayap di pematang-pematang sawah. Tatkala usaha menundanya, ia bagai secepat kilat yang menyambar melebihi mata yang berkejap-kejap. Itupula yang ia rasakan, betapa waktu tidak pernah perdulikan dirinya. Ia merasa teraniaya oleh waktu, merasa tak berpihak pada dirinya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun