Pasar ini bisa dikatakan sangat luas. Dikira-kira menyerupai pasar tanah abang di Jakarta. Berlokasi di Ciawitali, Garut. Sayangnya, pasar itu malah dijadikan tempat pembuangan sampah. Lebih kacaunya, malah dijadikan sarana maksiat, maka dari itulah disebut pasar hantu. Mereka bimbang, antara bertahan dengan kesepian atau harus meninggalkan usahanya walau nanti menjadi pengangguran.
Inilah masalahnya. Walikota Garut, sepertinya tidak ada langkah yang nyata. Padahal, pasar Ciawitali ini berada di pusat kota Garut. Bersinggungan sekali dengan gedung-gedung pemerintah. Masalah ini sudah bertahan selama enam tahun. Bayangkan, selama itu tidak ada aksi nyata sebagai perubahan yang diharapkan dapat mengatasi ekonomi pasar. Di sisi lain, para penjual berkata harus tetap bayar pajak yang lumayan menguras dompet.
"Kami tak bayar pajak mereka marah. Kami meminta kebijakan, mereka tutup mata dan telinga. Apakah ini kisah Malin Kundang, yang kerap durhaka kepada orang tua?" pernyataan salah satu pedagang sayur.