Seperti biasa, untuk sampai ke kampus aku harus memutar arah dan menyeberangi jalan. Terlihat banyak angkutan umum yang ngetem di sepanjang jalan depan gang kampusku dan lalu lintas tidak terlalu padat sehingga aku dapat dengan mudah menyebrangi jalan raya itu. Tempat parkir yang akan aku tuju berada agak ke samping kanan dari gang masuk kampus. Artinya, aku harus sedikit melawan arah untuk dapat masuk ke parkiran tersebut.
Ketika berhasil menyebrang dengan selamat, tiba-tiba dari belakang angkutan umum yang sedang ngetem seorang bapak setengah baya muncul dengan sepeda motor yang dikendarainya. Alhasil, aku dan beliau sempat terkejut dan sama-sama mengerem sepeda motor kami secara mendadak. Alhamdulillah, kami bisa mengendalikan kendaraan kami sehingga tidak ada satu pihak pun yang dirugikan.
Namun bapak tersebut bereaksi dan sempat mengejutkanku. Beliau marah dan berteriak kepadaku sambil matanya terbelalak karena emosi. Mungkin beliau kaget, gumamku dalam hati. Astagfirullah, ketika berpuasa seperti ini bagaimana bisa seseorang tak dapat menahan emosinya. Semakin ia marah, semakin aku dibuat terpana olehnya, sehingga aku hanya bisa menatapnya dalam-dalam karena heran. Ketika ia mengeluarkan cacian dari mulutnya, aku hanya diam menatapnya dan terus menatapnya. Hingga saatnya kurasa cukup, lalu aku pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun, kecuali sebuah senyuman.