[caption id="attachment_162374" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (shutterstock)"][/caption] Apakah Anda mengenal produk pakaian pria bermerek Andre Laurent? Produk ini bersaing ketat dengan produk sejenis ternama seperti Cardinal, Lawell, dan Executif, dan sangat laku di pasaran. Jika Anda mengunjungi konter penjualan pakaian pria di toko-toko pakaian, mal, dan plaza, Anda dengan mudah menemukan produk ini. Dan jangan salah, meski nama merek ini berbau nama asing, sesungguhnya produk ini buatan lokal. Andre Laurent diproduksi oleh PT. Bumi Pusaka Adhi Perkasa (BPAP), perusahaan yang hadir di Indonesia setelah pemiliknya, Johanes Daloma, pada 1985 di-PHK PT. Dua Perintis, produsen pakaian bermerek Eksekutif 99 yang kolaps akibat krisis keuangan. Kepada majalah SWA, Johanes mengaku, setelah di PHK oleh tempatnya bekerja itu dia sempat bingung mau apa dan bagaimana, karena dia sadari betul tak mudah mendapatkan pekerjaan baru. Akhirnya, setelah berfikir keras, dia memutuskan untuk membuat perusahaan garmen sendiri, dan mengajak kawan-kawan yang juga pernah pernah bekerja di PT. Dua Perintis, untuk bergabung. Begitu berdiri pada 1985, BPAP mempekerjakan 30 karyawan yang ditempatkan di bagian staf hingga tukang jahit. Modal usaha sebagian didapat Johanes dari keluarga dalam bentuk pinjaman, dan sebagian lagi dari suplayer. Modal yang dimiliki Johanes hanya mesin Butterfly Singer yang pakai motor tempel. Pada awal berdiri, BPAP menjual produk bermerek Lu Cent, produk yang ditujukan untuk pangsa pasar menengah bawah, sedang Andre Laurent yang ditujukan untuk pangsa pasar menengah atas, baru diluncurkan pada 1988. Saat ini, selain Lu Cent dan Andre Laurent yang menjadi produk andalan, sekaligus yang membuat BPAP sukses di industri garmen, BPAP juga memasarkan produk bermerek Stefanel yang ditujukan sebagai uniform atau seragam kantor, dan merek Junior untuk pangsa pasar anak-anak. Johanes hanya satu dari sekian banyak orang yang sukses setelah dilanda ‘krisis'. Kebanyakan orang akan kecil hati, sedih, dan murung setelah di PHK. Bahkan tak sedikit yang putus asa. Apalagi jika meski pekerjaan baru telah dicari, pekerjaan itu tak kunjung didapatkan juga. Orang yang hidupnya berhasil adalah orang-orang yang dapat segera bangkit ketika jatuh, dan kemudian berlari sekencang mungkin untuk mencapai apa yang dia inginkan. Selain itu, orang yang hidupnya berhasil adalah orang-orang yang menganggap tantangan sebagai peluang, dan selalu mencari solusi atas setiap permasalahan yang dihadapi. Sebaliknya, orang yang hidupnya gagal adalah orang yang begitu jatuh, tak sanggup bangkit lagi. Apalagi berlari. Bahkan orang ini akan tetap ‘meringkuk' di tempatnya sambil berharap semoga akan ada keajaiban atau pertolongan yang dapat mengeluarkannya dari kesulitan. Tahukah Anda mengapa layang-layang dan pesawat terbang dapat tinggi mengudara? Bagi Anda yang pernah belajar fisika, Anda pasti tahu bahwa layang-layang dan pesawat terbang dapat mengangkasa karena melawan hembusan angin. Jika angin kita andaikan sebagai permasalahan yang menghadang langkah Anda untuk sukses, maka agar Anda dapat ‘mengangkasa' seperti layang-layang dan pesawat terbang, maka Anda harus melawan hadangan itu. Bukan menyerah, dan kemudian membiarkan diri Anda terkapar setelah jatuh, serta tidak bangun lagi. Tak ada orang yang sukses tanpa berjuang, karena memang tak mudah mendapatkan sesuatu di dunia ini, tidak seperti jika Anda membalikkan telapak tangan. Intinya adalah, jika Anda ingin sukses, milikilah mindset (pola fikir) yang positif, mindset yang mendorong Anda menjadi manusia yang ulet, tegar, berani, dan pantang menyerah. Hindari mindset negatif, karena mindset seperti ini akan membuat Anda terpuruk dan masuk dalam jajaran orang yang gagal dan kalah dalam hidup ini. Dan ingatlah, hasil akhir yang berkualitas diawali dari implementasi yang berkualitas (quality implementation/QI). Maka aplikasikan mindset positif dengan baik dan benar agar Anda menjadikan orang sukses. Salam
Kevin Wu Managing Director CoreAction Result Consulting
KEMBALI KE ARTIKEL