bayang-bayang mentari berbaris dijendela,
dan kenangan duduk dengan segelas kopi
menatap foto-foto kita yang berbaris dimeja,
satu-satu ditatapnya
lalu dipilah-pilah
disebelah kanan ketika awal jatuh hati
dikiri saat perpisahan mulai berkenalan denganmu
mendung mulai bergemuruh di pelupuk matamu
senja merambat masuk di pelataran,
kenangan tak ubahnya dedaunan - katamu
selalu tumbuh biarpun beripu kali digugurkan,
dilepaskanlah cincin dari jari manisnya
dan diletakkan di meja
persis diantara foto-foto itu
lalu hujan tak hentinya turun dari kesedihan
yang muram menggelayuti air matamu,
dia jatuh hati lebih dalam dari pada dirimu - desahmu
hati ini sudah habis padamu
sudah sekeras ini jatuh hati tak meyakinkanmu?
tinggalkan saja cincinnya disitu,
aku membebaskanmu