Mohon tunggu...
KOMENTAR
Worklife Pilihan

Mari Kita Cerita tentang CPNS

7 November 2020   17:29 Diperbarui: 7 November 2020   17:40 108 7
Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah sebuah kebanggaan, bagi beberapa orang. Menyandang menantu idaman, anak berbakti, dan label baik lainnya. Dulu, saya pun sangat berharap menjadi bagiannya. Dua kali saya mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sayangnya, saya tidak bejo--sekalipun di tahap administrasi.

Pertama, saya memakai materai bekas--karena saya lupa kalau malam itu, terakhir submit berkas. Jadi, saya curi saja materai dari salah satu dokumen ayah. Pikir saya, tidak akan terpakai lagi. Soalnya, ayah saya kan juga sudah meninggal. Kedua, saya tidak teliti membaca perintah harus membuat lamaran memakai tulisan tangan.

Dua kegagalan inilah, yang akhirnya membuat saya sanggup menertawakan diri sendiri. Kalian bayangkan, betapa inferiornya saya. "Baru seleksi administrasi saja. Belum rasain tes, masa sudah tidak lolos." Dari situlah, saya mengubur dalam dalam impian menjadi PNS.

Lain cerita dengan teman saya. Tahun 2020 adalah kali kedua mengikuti tes CPNS, bagi perempuan asal Jawa Tengah ini. Usahanya untuk menjadi PNS Guru Matematika, sangat membuat takjub. Dia belajar tanpa henti, setiap ada waktu luang.

Bagi pelamar posisi guru, adanya PermenPANRB No.23/2019 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2019--agak sedikit menyeramkan, bagi calon pendaftar dengan "amunisi" kosong.

Untuk guru, peraturan ini mengatakan bahwa calon pendaftar yang mengupload sertifikasi pendidik, akan mendapat nilai maksimal 100 pada Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun