Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Di Balik Bom Bangkok, Mindanao, Manchester, dan Jakarta

28 Mei 2017   03:53 Diperbarui: 29 Mei 2017   10:19 349 1

        Terkejut bercampur sedih dan haru, saat mendengar dan menyaksikan berita yang disampaikan melalui media (televisi, radio dan portal berita) bahwa kemarin malam ( 24/5) terjadi dua ledakan bom yang lumayan besar di bilangan Kampung Melayu. Ledakan itu ditengarai merupakan bom bunuh diri, karena polisi menemukan beberapa potongan tubuh disekitar halte TransJakarta.

                Timbul pertanyaan, apakah bom tersebut merupakan pengalihan isu, terkait dengan maraknya aksi "bela" agama yg terjadi belakangan ini?  Saya berpendapat bahwa hal tersebut sama sekali tidak berkaitan dengan upaya pengalihan isu yang dilakukan oleh pihak manapun, apalagi oleh pemerintah. Hanya momennya saja hampir bersamaan dengan "kisruh" politik pasca Pilkada DKI Jakarta. Lalu siapakah pelaku peledakan tersebut. Sebelum bom Kampung Melayu, kita mengetahuia ada dua ledakan lain di, Mindanao (Filipina) dan Manchester (Inggris).

                Melalui taksonomi geopolitik, sangat mudah membaca fenomena ini (Maajid Nawaz, 2016), mengingat poros gerakan Islam Radikal berada pada tiga kota diatas, selain Suriah yang menjadi mercusuar gerakan Islamic State on Iraq and Syria (ISIS).

Geopolitik

                Bom di beberapa kota tersebut ( Mindanao, Manchester dan Jakarta) dalam terminologi perang proxy_merupakan suatu pesan yang disampaikan kepada pemerintah setempat dan dunia internasional bahwa _"kami masih ada dan tidak ragu untuk melakukan berbagai tindakan" untuk mewujudkan cita-cita negara yang berbasiskan agama.

                Seperti diketahu bahwa Mindanao menjadi salah satu tempat persemaian pendidikan Islam Radikal di wilayah Asia, (pemberotakan Moro/Mindanao), kemudian Manchester adalah pusat gerakan Islam Radikal yang berasal dari Afganistan, Pakistan dan beberapa wilayah Timur Tengah lainnya.

                Sementara Jakarta ditengarai merupakan titik sentral perkembangan faham Islam, karena hampir 80% penduduknya memeluk agama Islam.  Jadi alangkah bahagianya suatu paham agama bila bisa menguasai Jakarta, yang berarti dapat dengan mudah untuk menguasai kota dan wilayah lainnya di Indonesia.

                Dan apabila ini terjadi, bukan tidak mungkin kita harus berhadapan atau saling bunuh dengan sesama saudara. Bukan hanya itu, tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi incaran bangsa lain untuk dibumi-hanguskan seperti yang terjadi di Suriah, Lebanon, Irak dan negara yang telah terlebih dahulu luluh lantak.

Jangan Terhasut

                Saya yakin rakyat dan bangsa Indonesia masih miliki rasa kebersamaan dan persatuan yang tinggi. Janganlah kemudian terhasut dan tenggelam dalam "bujukan" seseorang/sekelompok yang berniat "meluruskan" ajaran yang telah lebih dahulu kita terima dengan mengatakan hal ini bid'ah dan lain sebagainya.

                Islam sampai dan meluas di Indonesia dengan santun menggandeng kearifan lokal di masing-masing wilayah. Tanpa itu, mustahil kita menjadi negara muslim terbesar di dunia.    Bukankah kita masih ingin, anak-cucu kita bercengkrama dengan teman-temannya, meskipun berbeda suku, agama dan ras.

Tulisan ini telah dimuat oleh :www.sebarr.com, kompasiana, businessnews.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun