KOMENTAR
Puisi
[HUT RTC] Perempuan Pembisik Pasir
28 Maret 2016 23:52
Diperbarui: 29 Maret 2016 00:02
52
3
Awan berjalan pelan membawa kegelapan Segelap wajahmu yang menunduk malu atau ragu Aku tidak tahu Dari balik kaca di matamu hanya terlukis saujana Entah berapa kali harus ku curi sisa sisa senyummu Yang aku tahu, aku tak pernah tahu. Biarkan ku nikmati pantai ini Di sinilah ku menerbangkan satu dua mimpi Katamu sambil melemparkan senyum di antara pasir yang berbisik ombak Di manakah Sang Ratu yang menjaga? Tanyamu padaku sambil terus memainkan pasir di kakimu. Dia ada dalam seribu kisah yang mesti kita pilih salah satunya. Jawabku sembari menikmati hidung mancungnya. Mendung masih saja bergelantung dengan rakusnya di langit barat. Ah, tiada lagi lembayung indah di horison sana, katamu penuh kecewa. Engkaupun berdiri lalu berlari menikmati pasir yang basah oleh ombak. Berlompatan sambil berteriak riang. Mari kita tuliskan sebuah nama! Dengan cekatan tanganmu menuliskan sebuah nama. Bukan namaku. Bagai burung merak engkau menari bersama pasir. Kembali kau menulis sebuah nama. Namamu Namaku Lalu kau berhenti. Memandangku Biarkan nama nama itu di sini, di pasir ini. Biarkan sampai ombak menghapus satu demi satu. Karena begitulah kita hidup. Kembali engkau menari di antara pasir dan ombak Di manakah Sang Ratu, aku ingin bertemu.
KEMBALI KE ARTIKEL