Gang buntu, siang ini. Seperti hari biasa persis serupa taman pemakaman sunyi sepi. Hanya suara angin yang terdengar. Setan pun malas rasanya bertandang disini. Tak ada yang bisa diganggu. Lihatlah deretan rumah tua yang berjejer di gang ini, usang, seperti penghuni di dalamnya, tak lebih dari lelaki dan perempuan paruh baya. Sesekali orang berlalu lalang, itu pun karena mereka kesasar tak tahu jalan. Tukang roti, donat, penjual jepit rambut, penjual kerupuk. Berharap ada yang memanggil dan membeli satu dua barang dagangannya. tapi nihil, ia hanya bertemu dengan angin dan tembok besar yang tercoret moret. Bagiku ialah tembok berlin, pemisah gang sempit ini dengan peradaban. terpisah hingga ribuan kilometer kecepatan cahaya.