Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Sudah Terancam, Ditodong Pula!

29 September 2010   23:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:51 508 0
[caption id="attachment_273814" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi/Admin (Tribun Kaltim/Junisah)"][/caption] Mumpung ada kesempatan, begitulah bisnis yang dijalankan, yang penting mendapat keuntungan. Bisnis memang tidak mempunyai perasaan, kalau dibutuhkan harga langsung dinaikkan, apalagi kalau dalam keadaan terpaksa harus meninggalkan kota Tarakan yang sedang bergolak. Banyaknya warga Bugis yang mengungsi ke luar Tarakan membuat operator penerbangan mengambil kesempatan untuk menaikkan  harga tiket pesawat hingga dua kali lipat dari harga normal. Jika seperti Hari Raya Idul Fitri memang diperbolehkan oleh pemerintah, tapi dalam keadaan kota yang tidak aman, tentunya tidak ada alasan operator penerbangan menaikkan harga tiket seperti itu. Sudah ketakutan ditodong pula, barangkali seperti itu yang dirasakan oleh para pengungsi, Andi Syarifuddin (36) sepertin yang dilansir oleh Inilah.com,  warga Jalan Mulawarman Lapangan, Kota Tarakan, sekitar 500 meter dari bandara Juwata menuturkan, ia terpaksa merogoh koceknya lebih dari dua kali lipat untuk mendapatkan tiket menuju Balikpapan. Normalnya, harga tiket Tarakan -Balikpapan hanya Rp300 ribu saja, tapi Andi harus merogoh kocek  Rp700 ribu, itu pun belinya di konter bandara langsung. Sebenarnya, Syarif bersama isteri dan kakak iparnya tak berniat mengungsi hingga ke Balikpapan, tetapi saat ia mendatangai Markas Kodim (Makodim) Tarakan untuk berlindung, ternyata di tempat yang ia harapkan juga sudah dipenuhi pengungsi warga Bugis. Mengingat keselamatannya tidak terjamin akhirnya memutuskan mengungsi keluar kota Tarakan. Di jakarta, dihadapan aparat keamanan yang menjaga gedung pengadilan negeripun terjadi hal serupa, kalau antar kelompok masyarakat sudah bertikai, aparat keamanan tak bisa berbuat banyak, hanya mampu melindungi yang tidak hendak bertikai. Aparat keamanan menjadi serba salah, salah2 menjadi sasaran kemarahan, dilakukan tindakan represive katanya melanggar HAM, dibiarkan juga salah karena aparat tidak bertindak tegas. Yang menjadi pertanyaan kita semua, mengapa bangsa ini bisa bertindak brutal ?. Di Negara2 miskin Afrika yang sebagian besar  tanahnya gersang sering terjadi pertikaian antar etnis yang banyak membawa korban. Tapi di Indonesia tanahnya sangat subur yang mestinya bengsa kita menjadi bangsa yang ramah, tetapi mengapa terjadi pertikaian hidup mati seperti itu.  Mungkin ini yang harus disadari oleh para politikus kita, aparat keamanan hanya dapat menjaga keamanan tetapi sulit menghentikan pertikaian antar  masyarakat. Sebab, aparat keamanan juga manusia, kalau politisi membawa bangsa ini menjadi bangsa yang pemarah karena rebutan pangan, mungkin suatu saat masayarakat tidak bertikai antar sesamanya melainkan bertikai dengan penguasa. Apa yang akan diperbuat oleh para politisi hanya berteriak, tangkap provokatornya tetapi tidak pernah menyadari kelakuannya sendiri yang membuat bangsa ini menjadi temperamental karena kondisi ekonomi yang membuat hidup masyarakat menjadi tidak nyaman. Kalau negeri ini makmur, tidak akan ada kecemburuan sosial, tidak ada lagi masyarakat yang menyabung nyawa untuk dapat bertahan hidup. Jangan2 jika negara ini rusuh, yang kabur duluan biasanya yang bisanya cuma ngomong. Tapi rakyat juga tidak usah khawatir mereka dapat kabur secara mudah sebab harga tiketnya akan melambung.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun