Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Bahasa Tikus

5 Februari 2010   17:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 165 0
Memiliki dunia sendiri yang saya rintis dengan susah payah, tak ingin saya tinggalkan dunia yang memberikan saya kenikmatan, buat apa banting stir menjadi politisi atau penguasa jika yang ada sudah dirasa menyenangkan. Kisah mereka yang sukses, terlepas jalan yang ditempuhnya bagi saya adalah jalan hidup masing2 serta peruntungan masing2. Begitu juga ketika seorang wanita datang kepada saya menawarkan produk asuransi, berwajah cantik, tubuh tinggi berisi, rayuannya hampir meruntuhkan iman saya, sempat juga terpikir untuk dikawini. Pada akhirnya saya berpikir bisnis, saya rekrut menjadi pegawai saya yang saya beri tugas sebagi filter untuk orang yang ingin bertemu dengan saya. Ada suatu saat saya ingin privasi saya tidak terganggu oleh siapapun, dengan menempatkan filter itu salah satu caranya. Disamping urusan bisnis, ada pihak yang ingin bertemu untuk mengajak saya ikut dalam partai, dari situlah orang2 yang saya pekerjakan mulai bersentuhan dengan dunia politik. Yang bermula sebagai filter saya, mungkin karena saya tidak tertarik, mereka2 yang menjadi filter saya itulah yang akhirnya terjun dalam dunia politik. Ternyata mereka sukses dalam dunia politik, ada yang menjadi Anggota DPR RI, Bupati, DPRD, ketua DPD parpol. Kesuksesan dalam dunia politk juga diikuti sukses dalam materi. Ketika mereka berlalu di jalan raya, sayapun harus menepikan mobil saya, sirine mobil pengawal itu memberitahu saya, dia bukan filter saya lagi, dia adalah penguasa. Berhubungan dengan pejabat, terutama yang memegang kuasa masalah perizinan,  kadang tidak ada gunanya prosedural, prosedur hanya formalitas dan seperti sebuah paksaan saya harus menghadap. Ada suatu saat saya terpkasa harus menghadap karena terhentinya perizinan yang akan berakibat kerugian yang besar dalam usaha saya, seolah nasib saya berada ditangannya. Sebelum menghadap saya panggil yang mengurus perizinan, saya minta pertanggungan jawab keuangan, mungkin nasib baik, ada bukti tranfer untuk pejabat yang mengharuskan saya menghadap. Dengan bukti tranfer sejumlah dana tersebut saya menghadap, berbicara berdua diruangannya saya katakan kita sama2 makan nasi, sambil saya keluarkan bukti transfer dari tas saya, sementara tangan saya pura2 menghubungi seseorang, cukup dengan kata sederhana, saya ada masalah, nanti saya hubungi lagi. Ternyata gertakan saya mempan,  meminta maaf  karena kesalah fahaman dan berjanji akan segera mengeluarkan permohonan perizinan saya itu. Saya tunggu satu hari, ternyata perizinan itu diantar oleh staffnya. Berani bersikap karena saya tahu dunia pemerintahan, dunia penuh intrik yang saya tidak sukai. Memang harus menjadi tikus jika ingin menjadi orang sukses dalam pemerintahan, suap dan menjilat memang sudah menjadi budaya yang mengental. Semua anggaran diakali untuk saving katanya, bisa wajar dan tidak wajar karena ditumpangi kepentingan pribadi. Jika penegak hukum benar2 menjalankan tugasnya, tidak ada seorang pejabatpun dinegeri ini yang lolos dari dakwaan korupsi. Sebab, semua anggaran telah dimark up, setiap instansi mempunyai ahli memalsu tanda tangan untuk membuat SPJ bodong, atau untuk pengeluaran2 anggaran rutin yang disimpangkan.  Demikian juga untuk proyek2, sepanjang masih bisa dipecah2 dan ganti2 judul nama proyek dibuatlah memenuhi syarat penunjukkan langsung. Apakah dengan tender berati bersih ?. Diakali juga, seluruh peserta tender sudah melakukan mark up harga, lebihnya itu dikembalikan kepada pemilik proyek, retur uang masuk kantong, seperti itu juga kasus yang melibatkan Bachtiar Chamsah. Pejabat yang "terpaksa" menjadi tikus itu kini mencalonkan diri menjadi Walikota, saya cuma berdoa agar rakyat tidak salah pilih. Tidak ada larangan para tikus mencalonkan diri menjadi penguasa karena hukum tidak pernah menjangkaunya. Itulah kenyataan negeri ini, harap maklum membuat kita tidak pusing, yang tidak maklum hanya bisa berteriak, berteriak yang tidak dimengerti oleh tikus, perlu bahasa tikus agar mereka dapat mendengar. .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun