Tapi yang membedakannya dengan perpustakaan umum yang lain adalah semangatnya. Sepertinya fasilitas perpustakaan yang reot tak jadi masalah bagi para pekerja informasi ini untuk terus berkarya. Menulis blog, Kompasiana, menjalin kontak lewat facebook dan twitter adalah keseharian langkah kecil mereka. Hambatan birokrasi tidak lantas mematikan kreatifitas dan kinerja, melainkan menjadi tantangan yang harus dikalahkan. Usia mereka masih muda, jauh lebih junior dibandingkan Pegawai Pajak yang sedang tersandung masalah itu, sekitar 23 tahunan. Tapi situasi dialogis dan konstruktif selalu menjadi semangat dari diskusi sepanjang suasana kerja.
Ketika keterbatasan fasilitas fisik perpustakaan menjadi krusial, para pekerja informasi itu memilih mengembangkan layanan perpustakaan berbasis web dan semi digital. Promosi perpustakaan mulai dikembangkan, soft-skill terus dibangun, komunitas yang produktif dibentuk, jurnal online, ebook dan banyak ide kreatif perpustakaan ini masih terus dikembangkan. Layanan perpustakaan berbasis web menjadi tulang punggung, karena fisik perpustakaan masih sangat minim. Perpustakaan ini juga melayani publik dan mahasiswa dalam segala keterbatasannya. Jadi anda boleh mampir untuk melepas lelah selama jam kerja, 08.00 sd. 16.00. Dalam kasus ini, memang benar kata pepatah, bahwa “Ukuran tak jadi masalah”.
Note: Mohon ijin kepada Bapak Permana Agung, beliau juga menggunakan rak itu kemarin.