Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Menanti Tahun Baru 2025: Sebuah Refleksi

1 Januari 2025   07:15 Diperbarui: 1 Januari 2025   06:11 81 1
Pada sekitar tahun 2000-an ketika masih menjadi mahasiswa di STAIN (sekarang IAIN) Kendari, sempat membaca buku yang dikarang oleh Ali Syari’ati dengan judul Islam Agama “Protes”. Buku tersebut tergolong tipis bila dibandingkan dengan buku bacaan di perguruan tinggi pada umumnya, tetapi justru karena tipis dan dikarang oleh salah seorang akademisi yang banyak mengambil peran dalam suksesnya revolusi Iran, maka jadilah buku itu banyak diminati mahasiswa terutama dari kalangan yang berlabel “aktivis”. Bagi saya, yang menarik dari isi buku tersebut adalah ketika sang author, menguraikan “paradigma penantian”. Menurut Ali Syari’ati, menanti adalah peristiwa sosio-kultural yang akan senantiasa dihadapi oleh manusia. Menanti adalah takdir yang akan di alami oleh siapapun, kapan dan dimana saja ia berada, dan proses itu berjalan secara terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu. Penulis  menguraikan, bahwa “ketika di waktu pagi, manusia sebenarnya menanti, yaitu menanti datangnya siang, ketika di waktu siang juga menanti datangnya sore. Ketika berada di waktu malam, maka manusia sebenarnya menanti, yaitu menanti datangnya pagi. Ketika sedang sakit, sesunggunya manusia sedang menanti datangnya sehat, ketika sibuk , juga menanti datangnya waktu senggang, ketika muda, maka ia sedang menanti datangnya waktu tua, dan seterusnya. Proses ini berjalan secara alamiah dan dialami oleh setiap orang. Aspek yang akan membedakan adalah bagaimana ia menyikapi masa-masa penantian itu, apakah dapat menyikapinya secara positif atau sebaliknya. Apakah kita dapat mengisinya untuk menghadirkan perubahan atau justru pasrah menerima suratan takdir. Pada konteks ini, konsep al’amru bil-ma’ruf wannahyu’anil-mun’kar, menyerukan kebaikan dan mencegah kerusakan menjadi sangat relevan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun