Menepi dari kilauan dunia yang dulu merenggut cahyamu. Pagi itu, terlihat kau memungut lagi carikan muram lusuh yang hanyut bersama bekas pena yang luntur membiru di sekujurnya. Dan kau tetap memungutnya meski tak lagi jelas terbaca. Meski terkunci rapat di mulut hingga dada, kisah itu ngilu terpahat diantara perca-perca kecil yang berharap kau satukan. Ketika lalaiku yang pertama, kau membuka sebuah rahasia lewat garis pena yang hampir kabur di lembaran menggumpal berair.