Seberapa sering kita mengunjungi kebun binatang? Sekali setahun? Sepuluh kali setahun? Mungkin bisa jadi malah akan setiap hari jika kita menyewa lapak untuk jualan disana ^_^ atau jadi petugas yang bekerja di sana. KBS (Kebun Binatang Surabaya) yang berita kebun binatangnya terkenal karena kematian satwanya, mau tak mau harus berjibaku agar menarik pengunjung, dikarenakan di Jawa Timur saat ini ada beberapa tempat wisata yang berbasis "galeri satwa", misalnya saja yang terkenal adalah Taman Safari yang terletak di Pandaan. Salah satu lainnya adalah 'Mini Zoo' yang terintegrasi dengan Puluhan jenis kucing di Wisata Bahari Lamongan dan Gua Maharaninya. Yang lain, beberapa orang kini ada yang mempunyai koleksi satwa yang lumayan banyak di rumahnya, terlepas dari ilegal atau tidaknya. Jadi kalau di rumah terasa bagai kebun binatang, ngapain juga ke kebun binatang?
Ada guyonan di masyarakat yang sering ditemui di sekitar saya, misalnya dengan dialog berikut ini:
Si Polan : "Arepe nang endi ning?" (Mau kemana, mbak?)
Si Polin : "Arep Nang Bonbin cak..." (Ke kebun binatang, mas)
Si Polan : "Lapo nang Bonbin? Madakno rupo tah?" (Ngapain ke kebun binatang? Mau mbandingin wajah ya?)
Si Polin : "Iki lho... Ngeterno anakku ndelok karo numpak gajah... Njaluk de'e" (Ini lho... mengantar anakku melihat dan menunggang gajah, dia memintanya)
Adanya guyonan di masyarakat bahwa kalau kita ke kebun binatang hanya untuk "madakno rupo" (= membandingkan/menyamakan wajah—terutama dengan monyet) mungkin mengisyaratkan bahwa kegiatan mengunjungi kebun binatang adalah kegiatan yang 'nggak penting-penting amat'. Sepele. Hanya saja anehnya, mereka ikut berang (marah—kalau 'berang-berang' jadinya 'marah-marah' ^^) ketika ada kematian satwa yang beruntun di sana. Dasar manusia ora umum...
Bagaimanapun, memelihara hewan tidak seperti memelihara pohon yang lebih mudah. Bila jumlah pengunjung minim, tentunya juga berpengaruh dengan pendapatan yang akan digunakan untuk pemeliharaan satwa. Ketika dicoba dengan tiket gratis masuk KBS beberapa waktu lalu (dalam rangka HUT Kota Surabaya), ternyata antusiasme pengunjung sangat membludak dan menyebabkan beberapa area jalan protokol terpaksa digunakan untuk area parkir untuk kendaraan yang meluber (banyak pula yang berasal dari luar kota Surabaya). Ternyata mereka suka wisata yang gratisan. Atau mungkin, jatah uang mereka habis untuk keperluan lain, sehingga tak ada jatah untuk liburan. Alhasil, mungkin sebagian dari mereka menunggu ada kesempatan 'gratis berwisata' kebun binatang berikutnya ^_^.