Stereotip itu adalah pikiran dangkal dan berlebihan tentang bagaimana pria harus berperilaku. Kita sering lihat laki-laki di iklan yang selalu berani, punya otot, dan tidak pernah nangis. Padahal, sebenernya, manusia itu beragam, termasuk laki-laki! Mereka juga punya emosi, kelemahan, dan keunikan masing-masing.
Biasanya, media juga menggambarkan pria dalam peran tradisional. Mereka dihadirkan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, sementara perempuan cuma dianggap pengurus rumah tangga. Ada juga pria yang selalu jadi pahlawan penyelamat, harus selalu menyelamatkan perempuan dari bahaya. Padahal, perempuan juga bisa kok menyelamatkan diri!
Misalnya saja iklan produk rumah tangga seperti cairan pembersih selalu menampilkan tokoh pria dengan pakaian formal atau pakaian yang tidak wajar digunakan di dapur atau kamar mandi, tidak hanya itu, pria juga selalu digambarkan sebagai instruktur untuk memberitahu perempuan bagaimana cara membersihkan piring, baju, lantai, atau toilet sedangkan peran pria tidak melakukannya dan perempuan menjadi pihak yang bersifat demonstratif. Hal ini menunjukkan pria direpresentasikan secara stereotip yakni sebagai pemegang otoritas.
Streotip sifat-sifat laki-laki secara tradisional juga ditunjukkan dalam aktivitas pria. Kalau kita cermati, iklan-iklan rokok di televisi selalu menggambarkan pria melakukan olahraga ekstrim seperti terjun payung, mengendari mobil atau motor besar, hingga menaiki gunung. Iklan rokok juga selalu menggambarkan pria sebagai atlet olahraga, hal ini bukan hanya asosiasi yang aneh sekaligus ironi karena olahraga dapat menyehatkan sedangkan rokok dapat merugikan kesehatan namun juga iklan seakan juga ingin mengajari pria dalam membangun persepsinya sebagai pria yang maskulin.
Tidak berhenti disitu doang, iklan komestik seperti produk mempercantik rambut, pewangi badan hingga sabun wajah ikut turut serta dalam membawa pesan bagaimana pria seharusnya, apakah lebih berotot, lebih putih, atau lebih tinggi. Iklan memang selalu menjualkan fantasi yaitu gambaran kesempurnaan yang diharapkan para konsumennya, sehingga representasi pria juga digambarkan melalui tampilan fisik.
Tapi seiring berjalannya waktu, di beberapa Iklan TV, kita udah mulai lihat perubahan lho. Pria mulai digambarkan dalam karakter yang lebih kompleks, dengan emosi yang beragam dan peran yang tidak selalu ngejaga macho. Ada juga yang digambarkan aktif dalam mengurus rumah tangga dan perawatan anak, menunjukkan bahwa mereka juga bisa jadi ayah dan suami yang tangguh dan penyayang.
Nah, penting banget nih untuk media ngasih representasi yang positif dan beragam tentang pria. Kalau terus-terusan lihat stereotip yang sempit, bisa-bisa orang jadi punya pandangan yang salah tentang maskulinitas. Laki-laki juga punya hak untuk mengeksplorasi peran dan aspirasi mereka tanpa takut dijatuhkan oleh tekanan sosial.
Jadi, mari kita dukung representasi pria yang lebih inklusif dan realistis di media. Jangan biarkan stereotip membatasi potensi dan identitas pria. Semuanya punya hak untuk diperlakukan dengan adil dan dihargai, tanpa terikat oleh norma-norma yang sempit. Yuk, kita semua jadi lebih kritis dalam menyikapi apa yang kita tonton di TV, agar bisa mewujudkan pandangan yang lebih beragam dan seimbang tentang laki-laki dalam masyarakat kita!
Nama: Kelvin Novandi
Mahasiswa Universitas Siber Asia