Tito Karnavian merupakan seorang Kapolri, sehingga menjadi tangan kanan presiden dalam hal keamanan presiden. Namun di sisi lain walaupun dia seorang kapolri dia adalah “prajurit” presiden. Ketika Presiden mengangkat Tito menjadi kapolri, bisa jadi Tito Karnavian dijadikan senjata, bagaimana hal itu dapat memberi keamanan versinya Jokowi. Setelah itu karena dia seorang prajurit, bisa jadi dikorbankan atas kepentingan yang “memiliki” dia. Kekuasaan yang modelnya hak prerogatif presiden itu ada “harganya”. Tito memiliki keuntungan diangkat menjadi seorang kapolri, Jokowi memperoleh keuntungan karena Tito melancarkan apa yang menjadi visinya Jokowi. Sehingga disini terjadi “transaksi politik”. Maka ketika apa yang dikerjakan kapolri berbeda dengan keinginan presiden, hal ini bisa mengakibatkan jabatan kapolri akan dicopot dari tito karnavian. Bisa jadi, Tito Karnavian tidak ingin kehilangan puncak tertingginya dia, karena puncak tertinggi seorang polisi adalah menjadi kapolri. Artinya hal tersebut menjadi pilihan dia, apakah akan mengikuti kemauan presiden sebagai pemimpinnya? atau dia akan melawan?
KEMBALI KE ARTIKEL